OGOSSAGOU (Arrahmah.com) – Perdana menteri Mali dan pemerintahnya telah mengundurkan diri empat minggu setelah pembantaian yang membunuh hampir 160 Muslim Fulani oleh kelompok etnis main hakim sendiri yang mengejutkan negara itu.
Presiden Ibrahim Boubacar Keita menerima pengunduran diri Perdana Menteri Soumeylou Boubeye Maiga pada Kamis (18/4/2019) tanpa memberikan alasan.
Legislator telah membahas kemungkinan mosi tidak percaya pada pemerintah karena pembantaian tersebut dan kegagalan melucuti kelompok bersenjata atau memukul mundur militan, lansir Al Jazeera.
Pembunuhan 23 Maret oleh para pemburu yang dicurigai berasal dari komunitas Dogon di Ogossagou, sebuah desa di Mali tengah yang dihuni oleh para penggembala Fulani, lebih berdarah bahkan oleh standar kekerasan di Mali yang terus memburuk.
Pihak berwenang Mali telah menahan lima orang yang dicurigai ikut serta dalam pembantaian itu. Tetapi mereka belum berhasil melucuti kelompok yang diyakini oleh banyak orang telah mengaturnya, meskipun Maiga dan Keita berjanji untuk melakukannya.
Pembunuhan di Ogossagou, yang menyaksikan tubuh wanita dan anak-anak hangus terbakar di rumah mereka, mengejutkan populasi yang semakin frustrasi dengan kegagalan pasukan pemerintah untuk melindungi mereka dari serangan kelompok bersenjata dan pembalasan etnis.
Para kritikus berpendapat bahwa pemimpin Mali belum cukup melakukan sesuatu untuk mencegah kekerasan antar-komunal.
“Jelas ada ketidakpuasan dengan situasi keamanan di negara itu,” ujar reporter Al Jazeera Nicolas Haque, yang melaporkan dari negara tetangga Senegal.
“Pada saat yang sama, kehidupan orang-orang biasa di Mali semakin buruk. Harga kebutuhan pokok seperti air, listrik, dan makanan telah meningkat sebesar 20 persen pada tahun lalu. PM terpilih pada Agustus dengan janji melakukan perubahan tetapi banyak orang Mali tidak melihat perubahan itu.”
Awal bulan ini, para demonstran menyerukan agar dia “keluar” dari kantor, dengan beberapa mengangkat slogan menuntut penarikan misi penjaga perdamaian PBB di negara itu, MINUSMA. (haninmazaya/arrahmah.com)