NUH (Arrahmah.id) — Pemerintah India kembali melakukan tindakan sepihak terhadap Muslim selepas kerusauhan SARA yang terjadi di Nuh, Haryana, pekan lalu. Aparat keamanan menangkap ratusan Muslim dan membuldoser rumah maupun toko milik umat Islam.
Dilansir Al Jazeera (7/8/2023), pola penghancuran kediaman dan tempat usaha milik Muslim tersebut mengikuti pola-pola sebelumnya. Biasanya, para anggota kelompok Hindu radikal akan melakukan pawai keagamaan yang sengaja melewati kompleks Muslim.
Kemudian mereka meneriakkan slogan-slogan diskriminatif yang kerap disertai ancaman pengusiran dan pembunuhan. Saat warga Muslim terprovokasi dan membalas, hal itu dijadikan pembenaran untuk melakukan penghancuran.
Saat kerusuhan mereda, pemerintah setempat yang biasanya dikuasai partai hindu radikal akan langsung membuldoser toko-toko dan bangunan milik Muslim sebagai hukuman kolektif.
Salah satu korban terkini adalah Abdul Rasheed. Ia mengatakan polisi menguncinya di dalam bus, saat sebuah buldoser menghancurkan toko-tokonya di negara bagian Haryana, India utara.
“Saya patah hati. Keluarga dan anak-anak saya bergantung pada sewa yang kami terima dari toko. Kami telah menyewakan toko untuk umat Hindu dan Muslim,” kata dia dikutip di Al Jazeera (7/8).
Ia juga menambahkan bahwa pihak berwenang tidak memberikan pemberitahuan atau menunjukkan perintah apa pun. Secara tiba-tiba mereka membuldoser semuanya.
“Ini seperti pembalasan. Mereka menghancurkan hotel, toko, dan rumah. Tidak ada banding dan sidang. Kami seolah dibangkrutkan,” kata pria berusia 51 tahun itu.
Toko milik Rasheed termasuk di antara lebih dari 300 rumah dan tempat usaha Muslim, yang dibuldoser pemerintah Hindu radikal yang didominasi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) di Haryana.
Bentrokan SARA ini terjadi setelah prosesi yang diselenggarakan oleh kelompok Hindu radikal, Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan sayap pemudanya, Bajrang Dal, mencapai distrik Nuh di Haryana, sekitar 85 kilometer dari New Delhi.
Kedua organisasi tersebut, yang berafiliasi dengan BJP yang berkuasa, sering menjadi berita utama yang melakukan unjuk rasa kekerasan mereka. Mereka sering menargetkan minoritas agama di India, terutama Muslim dan Kristen.
Kelompok Hindu menyalahkan Muslim, yang membentuk hampir 77 persen dari 280.000 penduduk Nuh, karena memulai kekerasan. Dikatakan prosesi mereka dilempari batu dan kendaraan mereka dibakar, yang menyebabkan bentrokan antara kedua komunitas tersebut.
Sementara, komunitas Muslim mengatakan pemicu kekerasan itu adalah video Facebook yang dirilis oleh Monu Manesar, seorang warga Hindu radikal terkenal. Ia dituduh membunuh dua pria Muslim awal tahun ini, yang diduga mengangkut daging sapi yang dianggap suci warga Hindu.
Dalam video tersebut, Manesar konon mendesak umat Hindu untuk bergabung dengannya di Nuh dalam prosesi VHP-Bajrang Dal. Seruan tersebut membuat marah umat Islam di distrik tersebut.
Saat berita bentrokan di Nuh menyebar, kekerasan anti-Muslim meletus di berbagai wilayah di Haryana. Di Gurugram, sebuah kota yang ramai di pinggiran New Delhi, seorang imam muda dipukuli dan ditikam lalu ditembak sampai mati oleh massa dan masjid dibakar.
Masjid lain diserang di Sohna, sekitar 25 kilometer dari Gurugram. Enam orang tewas dalam kekerasan pekan lalu, termasuk seorang penjaga polisi Muslim dan Sikh dan dua tersangka anggota Bajrang Dal.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara bagian yang diperintah oleh BJP telah melihat buldoser menghancurkan properti Muslim. Setiap korban dituduh berpartisipasi dalam bentrokan agama, atau tuduhan serupa lainnya.
Beberapa kelompok HAM mengutuk pihak berwenang India karena melakukan penghancuran. Bahkan, beberapa di antaranya dilakukan bermil-mil jauhnya dari lokasi kekerasan minggu lalu.
Bukan hanya itu, penangkapan sewenang-wenang juga terjadi terhadap lebih dari 150 Muslim atas kekerasan komunal tersebut. Tindakan keras pemerintah BJP di Nuh mengakibatkan ratusan pria meninggalkan rumah mereka karena ketakutan. (hanoum/arrahmah.id)