WASHINGTON (Arrahmah.com) – Seorang mantan agen CIA membongkar alasan mengapa selama ini CIA sama sekali tidak mampu melacak keberadaan petinggi al Qaidah, Syaikh Usamah bin Ladin, bahkan setelah delapan tahun lamanya sejak diawalinya invasi dan operasi perburuan besar-besaran AS di Afghanistan.
Mantan anggota CIA, Art Keller, yang telah menghabiskan waktu delapan tahun untuk memburu bin Laden, membongkar sebuah fakta bahwa para agen CIA ternyata menghabiskan hari-hari “perburuan” mereka di hadapan monitor komputer untuk “melacak” keberadaan Syaikh Usamah bin Ladin.
Keller, yang bekerja dari sebuah pangkalan yang didirikan di Waziristan, mengatakan bahwa operasi pencarian tersebut memang utamanya hanya didasarkan pada analisis komputer atas data-data yang dikumpulkan melalui berbagai metode.
“Peranan kami dalam perburuan tersebut seluruhnya dilakukan di hadapan perangkat komputer di dalam pangkalan,” kata Keller.
Dalam sebuah wawancara dengan The Times, Keller mengungkapkan bahwa pusat operasi tersebut adalah sebuah ruang komunikasi, dimana di dalamnya ia bekerja bersama para petugas yang berasal dari berbagai cabang dalam tubuh agen intelijen AS.
“Di sana mereka akan mengolah data intelijen yang dikumpulkan dari penyadapan elektronik, foto udara yang diambil oleh pesawat tanpa awak, dan data intelijen yang dikumpulkan oleh mata-mata Pashtun. Para agen CIA justru amat jarang diperbolehkan untuk meninggalkan pangkalan tersebut,” kata Keller.
Dia mengatakan bahwa para agen CIA amat jarang diperbolehkan untuk meninggalkan pangkalan tersebut oleh petugas keamanan Pakistan dengan alasan kekhawatiran serangan dari para mujahidin.
“Ketika kami ingin menindaklanjuti sebuah perintah, maka kami akan berhubungan dengan seorang mata-mata Pashtun dan memintanya untuk pergi ke wilayah-wilayah tertentu dan mengumpulkan informasi,” tambah Keller.
Dia mengatakan bahwa AS mempekerjakan kembali para pensiunan agen CIA untuk bekerjasama dengan populasi setempat dan melacak keberadaan Syaikh Usamah.
“Salah satu hal yang telah dilakukan CIA adalah membawa kembali tangan-tangan tua. Para pria ini, tanpa melihat usia mereka, bersedia untuk menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam kondisi yang bagi banyak orang lebih mirip penjara,” kata Keller.
Keller adalah salah satu dari 50 hingga 100 orang agen CIA dan petuga khusus yang dalam delapan tahun terakhir diminta untuk menemukan dan membunuh bin Laden dan para petinggi al Qaidah lainnya di Pakistan.
Keller, 39, mengajukan diri secara sukarela untuk bergabung dalam tim Syaikh Usamah dan dikirimkan pada tahun 2006 untuk menjadi kepala dari salah satu pangkalan CIA di jantung wilayah kekuasaan Al-Qaeda dan Taliban di Waziristan. Dengan pengalaman tersebut, Keller hingga kini bertanya-tanya, apakah dengan cara yang dilakukan CIA tersebut, pemimpin al Qaidah tersebut akan pernah diketemukan.
Keller sendiri sama sekali bukan pilihan yang tepat untuk menjalankan pekerjaan CIA tersebut. Keller sama sekali tidak bisa berbicara dalam salah satu bahasa Timur Tengah, dia juga bukan pakar masalah al Qaidah maupun Pakistan. Namun, tetap saja pada tahun 2006, dengan banyaknya sumber daya AS yang dialihkan ke Irak, CIA putus asa dalam berburu agen untuk disertakan dalam perburuan Syaikh Usamah bin Ladin.
Namun hal tersebut coba diubah CIA dengan cara merekrut kembali para pensiunan CIA, dimana kebanyakan adalah veteran yang pernah bekerjasama dengan para pejuang Mujahidin Afghanistan dalam perang melawan Soviet pada tahun 1980-an.
Pengganti Keller adalah seorang pria yang sudah berusia lanjut, beruban, mantan agen CIA berusia 65 tahun yang bisa berbahasa Pashtun.
Beberapa orang diantara pria-pria ini telah memburu bin Ladin selama bertahun-tahun,” kata Keller.
Pengganti dirinya, yang diyakini masih berada di Pakistan, telah menghabiskan waktu delapan bulan per tahun sejak peristiwa 11 September dan bekerja di “rumah-rumah aman” CIA untuk mencari pemimpin Al-Qaeda tersebut.
Keller mengatakan bahwa jantung operasi perburuan tersebut berada di Islamabad, namun operasi tersebut dijalankan di sejumlah pangkalan, seperti Shawshank (bekas pangkalan yang ditempati Keller).
Masih belum ada petunjuk nyata mengenai keberadaan Syaikh Usamah bin Ladin dalam waktu bertahun-tahun. Syaikh Usamah diberi julukan Elvis oleh sejumlah pemburu CIA karena “penampakannya” yang tidak tentu. Selama bertahun-tahun, CIA tidak pernah mampu melacak beliau dan deputinya, Ayman al-Zawahiri.
Menurut Keller, Syaikh Usamah bergerak berpindah-pindah dari desa ke desa di Waziristan. Kemungkinan besar dia berkomunikasi hanya sekali dalam satu bulan, itupun melalui perantara kurir. Bin Laden tidak pernah mempergunakan telepon. Keller meyakini bahwa Syaikh Usamah datang di setiap desa dengan dikawal sekelompok kecil orang.
Ketika ditanya apakah Usamah bin Laden pada akhirnya akan tertangkap, Keller hanya menghela nafas panjang dan berkata lemas, “Saya tidak tahu.” (althaf/sm/arrahmah.com)