NEW DELHI (Arrahmah.com) – Muslim di India ada di bawah ancaman dan sikap diam Perdana Menteri Narendra Modi atas meningkatnya serangan terhadap Muslim, memperlihatkan transisi Modi menuju identitas politik garis keras jelang pemilihan 2019, salah satu laporan Wall Street Journal menyatakan, dikutip Associated Press Pakistan pada Sabtu (6/5/2017).
Kalangan sekular India menghadapi tantangan terbesar sejak kemerdekaan negeri tersebut pada 1947 bersamaan dengan ditekannya hak-hak kalangan minoritas Muslim di bawah ancaman dan hanya sekitar sepekan saja India bebas dari berita serangan teror terhadap Muslim, laporan tersebut mengatakan.
Baru-baru ini, Yogi Adityanath, seorang politisi pendeta yang terkenal karena menciptakan militia fanatis dan menghasut emosi anti-Muslim menjadi Kepala Menteri untuk negara bagian terbesar India, Uttar Pradesh.
Tahun lalu, Modi sempat mengutuk sejumlah serangan terhadap Muslim. Namun dukungannya bagi Adityanath serta sikap bungkamnya atas serangan yang meningkat pesat baru-baru ini terhadap Muslim memperlihatkan transisi Modi menuju identitas politik garis keras jelang pemilihan 2019.
“Menguatnya kekuasaan BJP (partai yang berkuasa saat ini) – yang diperkirakan oleh para pengamat bahwa Modi begitu siap mengikuti pemilihan ulang dalam dua tahun mendatang- sekularisme India menghadapi tantangan terbesar mereka sejak kemerdekaan pada tahun 1947,” kata laporan WSJ, menambahkan bahwa negara yang lama identik dengan pluralisme “akan berakhir menjadi negara yang siap memarjinalkan 172 juta minoritas Muslim.”
Tidak sedikit para aktivis kiri yang menyalahkan BJP dan gerakan nasionalis Hindu lainnya atas bangkitnya sentimen anti-Muslim ini.
Menanjakknya karir Adityanath menunjukkan bahwa partai tersebut telah melakukan pekerjaan yang buruk dalam menyingkirkan ekstremis. Ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa begitu banyak warga India lebih memilih BJP ketimbang lawan-lawannya?,” ungkap laporan tersebut.
Meskipun tidak ada satu alasan pun yang bisa menjelaskan, lanjut laporan itu, maka cukup aman untuk mengatakan bahwa sekulerisme India versi tradisional yang terkait dengan Kongres telah kehilangan dukungan.
Wall Street Journal menambahkan bahwa para sekularis telah kehilangan landasan moral yang tinggi bagi kaum nasionalis Hindu dengan tidak menganggapnya sebagai aksi terorisme dan mereka yang berada di media dan politik perlu mengakui bahwa tradisi mereka telah gagal. (althaf/arrahmah.com)