DUSHBANE (Arrahmah.com) – Pemerintah Tajikistan memerintahkan sejumlah penyedia layanan internet untuk memblokir akses ke tiga situs berita besar nasional di tengah-tengah meningkatnya aksi protes muslim di timur negara itu, sejumlah sumber melaporkan pada Senin (11/10/2010).
Penyedia layanan internet dan situs berita mengatakan pada AFP bahwa otoritas Tajikistan telah mengumumkan perintah untuk menutup situs-situs yang memberitakan kerusuhan yang memanas belakangan ini.
Tajikistan, yang mengalami perang saudara setelah runtuhnya Uni Soviet, sedang menghadapi kerusuhan terburuk di selama beberapa tahun dimana 28 tentara diklaim tewas dalam sebuah ledakan yang menimpa konvoi militer bulan September lalu.
“Kami memiliki perintah tertulis dari pihak berwenang tentang penutupan akses ke situs-situs tersebut,” kata seorang karyawan dari salah satu operator internet, meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Perintah ini ditujukan kepada 10 penyedia layanan internet dan berlaku untuk situs berita avesta.tj, ferghana.ru, dan centrasia.ru, tiga dari penyedia berita utama di kawasan tersebut.
“Ini adalah pembatasan terhadap kebebasan berbicara. Kami mencoba untuk memberitakan laporan objektif tentang kerusuhan di timur tetapi jelas beberapa pejabat tidak menginginkan hal ini,” kata kepala editor Avesta, Zafar Abdullayev.
Langkah ini dilakukan setelah Menteri Pertahanan Tajikistan, Jenderal Sherali Khairullayev, menuduh media lokal pada awal bulan ini mendukung ‘militan’ Islam.
Khairullayev mengatakan wartawan memihak salah satu kubu dan menuduh angkatan bersenjata dalam kerusuhan itu.
Tajikistan adalah sebuah negara termiskin dibanding dengan negara-negara pecahan Uni Soviet sejak runtuh dua dekade lalu yang dihuni oleh mayoritas muslim.
Gunung-gunung yang mengitari lembah Rasht, tempat terjadinya kerusuhan, diklaim pemerintah sebagai tempat persembunyian ‘militan’ Islam yang menentang pemerintah Dushanbe di awal perang sipil. Lembah Rasht pun, hingga saat ini, masih menjadi wilayah dengan suasana religius yang sangat kuat.
Kerusuhan semakin memanas saat ini. Memanasnya kerusuhan ini dikaitkan pemerintah dengan kabar lolosnya 25 ‘militan’ dari penjara pada malam hari pada bulan Agustus lalu. (althaf/arrahmah.com)