JAKARTA (Arrahmah.com) – Para orangtua murid kelas 2 di Sekolah Dasar di kawasan Jakarta Timur, terkejut ketika menemukan buku pelajaran anak mereka yang bercerita tentang istri simpanan yang sebenarnya tidak layak dibaca anak-anak. Mereka ramai-ramai protes dan membahas munculnya cerita itu di dalam mailing list. Mereka berharap cerita soal istri simpanan diganti.
Orang tua murid Adivia Hana, Intan Budi Utoyo, menjelaskan cerita yang tidak layak itu berjudul ‘Bang Maman dari Kali Pasir’ yang ada dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta terbitan PT MK.
“Saya kaget, anak saya tanya. Mamah, istri simpanan itu apa?” katanya, Jakarta, Kamis (11/4).
Intan memaparkan, cerita soal istri simpanan itu ada di halaman 30 buku pelajaran Lingkungan Budaya Jakarta. Intan mengaku kaget saat sang anak bertanya soal istri simpanan. Dia pun terpaksa menjelaskannnya dengan sedikit berbohong.
Ketika Intan meminta anaknya membaca buku pelajaran itu sebagai persiapan untuk melaksanakan ujian yang dilakukan hari ini, maka muncullah pertanyaan mengenai istri simpanan tersebut
“Saya minta Hana untuk baca, karena seluruh pertanya ujian ada di situ. Saya kaget, dan saat dibaca teliti memang ada soal istri simpanan,” katanya.
Intan menjelaskan, kasus ini sudah menjadi bahan perbincangan seluruh orangtua wali murid. Dan dalam waktu dekat ini, kasusnya akan dibicarakan kepada pihak sekolah.
“Orangtua tentu jadi kaget. Nanti dikiranya itu budaya Jakarta, dan punya istri simpanan,” katanya.
Sebagai orang tua dia mengaku resah dengan adanya cerita seperti Bang Maman yang mirip sinetron itu. “Kita protes, tapi mau bagaimana lagi. Jadi ya akhirnya terserah saja,” keluh Intan.
Sebenarnya harapan dia dan orang tua yang lain, cerita-cerita untuk anak SD jangan ada yang seperti itu. Masih banyak kisah lainnya yang mendidik dan tidak menimbulkan kontroversi.
“Bagaimana kalau ceritanya diganti dengan yang lebih sopan?” tuturnya.
Dalam kisah “Bang Maman dari Kali Pasir” di buku itu, diceritakan Bang Maman meminta seorang perempuan bernama Patme untuk mengaku sebagai istri simpanan Salim. Tindakan tersebut dilakukan agar putri Bang Maman yang bernama Ijah, mau menceraikan Salim. Bang Maman ingin Ijah cerai dari Salim karena sang menantu sudah jatuh miskin.
Berikut ini kisahnya :
“Bang Maman dari Kali Pasir”
Bang Maman adalah pedagang buah di Kali Pasir. Bang Maman mempunyai anak perempuan bernama Ijah dan berkata ingin menjodohkannya dengan Salim anak Pak Darip orang kaya di Kali Pasir. Tak lama setelah Salim dan Ijah menikah, Pak Darip meninggal dunia. Pak Darip meninggalkan harta warisan berupa kebun yang sangat luas kepada Salim.
Salim tidak bisa mengurus kebun peninggalan ayahnya, dan minta Kusen mengurusnya. Istri Kusen mempunyai rencana jahat, dia meminta suaminya menjual kebun Salim. Setelah kebun dijual mereka melarikan diri. Salim menjadi miskin, harta warisan ayahnya sudah habis. Akhirnya Salim berjualan buah di pasar.
Bang Maman mengetahui Salim telah jatuh miskin. Bang Maman ingin Ijah bercerai dengan Salim, karena Salim telah jatuh miskin. Ijah tidak mau, biar miskin Ijah tetap setia kepada Salim.
Akhirnya Bang Maman meminta bantuan kepada Patme supaya berpura-pura menjadi istri simpanan Salim. Patme setuju atas permintaan Bang Maman. Kemudian Patme datang ke rumah Salim dan berbicara dengan Ijah. Patme mengaku sebagai istri Salim. Patme dan Ijah bertengkar. Ijah merasa kecewa dan marah kepada Salim.
Kemudian Salim memberikan penjelasan kepada Ijah, namun Ijah tidak percaya. Akhirnya Salim pergi meninggalkan Ijah.
Suatu hari Ijah berkenalan dengan Ujang. Ujang Adalah seorang perampok yang sudah lama dicari polisi. Dengan menyamar seperti orang kaya Ujang datang melamar Ijah. Lamaran Ujang diterima dan akhirnya Ujang dan Ijah menikah.
Pada saat pernikahan berlangsung datanglah polisi menangkap Ujang dan gentong. Mereka sudah lama dicari polisi karena sebagai perampok. Namun Ijah tidak tahu kalau mereka sebagai perampok. Mereka akhirnya dibawa ke kantor polisi dan Bang Maman sebagai saksi.
Polisi minta agar semuanya tenang. Dijelaskan oleh polisi bahwa yang ditangkap itu adalah buronan. Mereka ditangkap karena sering berbuat jahat. Mereka suka merampok dan menipu. Akhirnya pesta perkawinan berangsur-angsur bubar. (bilal/arrahmah.com)