(Arrahmah.com) – Gerakan Syiah di Indonesia terorganisir secara rapi dan semakin pasti. Dan hal ini tidak banyak diketahui oleh kaum muslimin, sehingga reaksi kaum muslimin sampai saat ini masih bersifat tidak konsisten. Jika ada keributan di antara mereka, serempak bergerak; jika tidak ada, kebanyakan mereka hanya diam dan pasif. Bahkan, yang sangat disayangkan banyak tokoh-tokoh yang menjadi panutan sebagian kaum muslimin di negeri ini malah menjalin hubungan persaudaraan dengan kalangan Syiah.
Secara umum, kader-kader Syiah merupakan alumnus Hauzah Ilmiyah di Qom Iran dan Suriah. Jumlah mereka mencapai ratusan orang dan tersebar di berbagai kota dan desa. Mereka aktif mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam Syiah, baik di rumah, sekolah, pesantren, masjid, forum, ikatan, maupun yang lainnya. Mereka menebar berbagai macam syubhat di dalamnya agar orang tertarik untuk mengikuti mereka.
Di antara tokoh Syiah ini kemudian membuat ikatan yang disebut dengan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) dengan tokoh pelopornya Jalaluddin Rahmat, Ahmad Baraqbah, Dimitri Mahayana, dan Zahir bin Yahya. Dan juga melalui ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang dideklarasikan pada tahun 2011 oleh ketuanya Hasan Dalil Alaydrus.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Syiah adalah ajaran yang sangat lengkap penyimpangan dan kesesatannya. Hampir semua ajaran sesat dan menyimpang ada pada Syiah ini, misalnya Sufi, Majusi, Yahudi, Nashrani, ataupun Hindu-Budha. Namun yang paling mempengaruhi ajaran Syiah ini adalah Yahudi dan Majusi. Hal ini tidak terlepas dari masa lalu Syiah yang merupakan hasil kolaborasi antara Yahudi (Abdullah bin Saba’) dan Majusi Persia.
Buku “Gurita Syiah” ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa ada di antara orang yang mengaku sebagai kaum muslimin, akan tetapi dirinya gencar menebarkan berbagai syubhat Syiah yang tidak banyak dipahami oleh sebagian besar kaum muslimin di negeri ini. Mereka menebarkan syubhat-syubhat ini dalam rangka menggiring kaum muslimin untuk masuk ke dalam Syiah secara perlahan-lahan tanpa disadari oleh ‘korban’.
Secara khusus buku ini merupakan bantahan ilmiah terhadap ceramah Ustadz Mudzakir, Pimpinan Ma’had Al-Islam Gumuk Solo, yang dicurigai umat Islam Solo sebagai seorang Syiah yang sedang bertaqiyah. Sebuah ceramah ‘monumental’ yang mengandung banyak syubhat di dalamnya, yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal Sumber Solo, Jumat malam 12 Juli 2013 yang lalu, dengan tema “Keunggulan Ahlussunnah terhadap Syiah”. Buku ini secara ilmiah mengkritisi syubhat-syubhat pemikiran Ustadz Mudzakir seputar Syiah dan Ahlussunnah.
Semoga buku ini bisa menjadi sumbangsih dalam mengcounter perkembangan aliran sesat Syiah di negeri ini, terutama dalam menanggulangi syubhat-syubhat yang dihembuskan oleh tokoh-tokohnya. Semoga Allah memberikan kepada kita keistiqamahan dalam memegang keimanan dan selalu melindungi kita dari makar dan kejahatan orang-orang yang ingin menghancurkan Islam dan kaum muslimin.
Identitas Buku :
- Judul Buku : Gurita Syiah
- Penulis : Mujiburrahman Abu Sumayyah
- Muraja’ah : Anung Al-Hamat, Lc., MPd.I.
- Kata Pengantar : Ust. Abu Bakar Ba’asyir, Farid Ahmad Okbah, MAg., Anung Al-Hamat, Lc., MPd.I.
- Testimoni : Ust. Abu Bakar Ba’asyir, Farid Ahmad Okbah, MAg., Hartono Ahmad Jaiz, Anung Al-Hamat, Lc., MPd.I., Drs. Abdullah Manaf Amin, Dr. Mu’inudinillah Basri, MA., Ihsan Saifuddin, Tengku Azhar, Lc.
- Tebal Buku : 184 Halaman
- Ukuran Buku : 14 x 20,5
- Penerbit : Pustaka Al-Ishlah, Magelang
- Harga : Rp. 35.000,-
(Ukasyah/arrahmah.com)