DAMASKUS (Arrahmah.com) – Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) telah menggemakan tuduhan oleh para aktivis Suriah yang mengatakan bahwa Rusia berada di balik penggunaan bom cluster di Suriah dengan menjatuhkannya dari pesawat tempur atau memasoknya ke rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad.
Kelompok yang berbasis di New York tersebut mengatakan bahwa foto-foto yang diperoleh mereka menunjukkan bahwa bom cluster dijatuhkan di Kafr Halab, sebuah desa di barat daya Aleppo pada 4 Oktober lalu.
Rusia meluncurkan kampanye pengeboman udara untuk mendukung dan menopang kekuasaan Bashar Asad sejak 30 September lalu.
Bom cluster berisi puluhan atau ratusan bom-bom kecil yang ditembakkan di dalam roket atau dijatuhkan dari udara. Secara luas penggunaan senjata ini dilarang karena mereka menyebarkan bahan peledak di wilayah yang luas dan sembarangan. Biasanya terus melukai dan membunuh jauh setelah serangan awal terjadi ketika bom yang tidak meledak sebelumnya, akhirnya meledak.
Sebuah video yang diposting pada 7 Oktober oleh aktivis Suriah yang melaporkan bahwa rekaman tersebut diambil di kota Kafr Zeita, barat laut Hama, memperlihatkan jejak asap roket di tanah dari arah Jabal Zayn Al-Abidin dan beberapa ledakan berikutnya di kota tersebut.
Foto dan video yang diposting online oleh aktivis lokal dengan keterangan bahwa mereka diambil di Desa Masaran di Idlib, menunjukkan setidaknya satu submunisi AO-2.5RT dan sisa-sisa sebuah tabung RBK-500 yang dapat berisi hingga 108 peledak.
Reuters menerbitkan sebuah foto yang diambil di Masaran yang menunjukkan penanganan submunisi AO-2.5RT yang tidak meledak di mana aktivis lokal mengatakan kepada Reuters bahwa senjata tersebut digunakan dalam serangan oleh pasukan Rusia pada 7 Oktober.
Sebelumnya HRW mendokumentasikan penggunaan bom cluster dalam perang Suriah oleh pasukan rezim Nushairiyah sejak 2012.
Menurut jaringan televisi RT, Rusia menggunakan “bom waktu dan rudal yang dilengkapi dengan sistem bimbingan. Senjata presisi yang digunakan dari tempat yang tinggi agar tidak bertemu dengan sistem pertahanan udara portabel”. (haninmazaya/arrahmah.com)