(Arrahmah.id) – Akhir-akhir ini, jagat media sosial digemparkan dengan beredarnya video sekelompok pemuda dan pemudi yang dikatakan asal Palestina menyanyikan sebuah lagu menyayat hati. Diketahui dari video yang diunggah akun Snack Video @sugiartoBSF, Rabu 26 April 2023, yang dinyanyikan sekelompok pemuda-pemudi itu berjudul “Salam Ya Mahdi”.
Dari thumbnail video tertulis, lagu tersebut lagu memanggil Imam Mahdi yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya. Masih dituliskan dalam thumbnail videonya, dituliskan “Falestina Memanggil Kedatangan Imam Mahdi”.
Kedatangan Imam Mahdi sangat dinanti-nantikan guna menyelamatkan dan membebaskan mereka dari bentuk kezaliman dan kekejaman “Israel”.
Terlihat dalam video, sejumlah pemuda nampak menangis sembari menyanyikan lagu “Salam Ya Mahdi”. Sembari memberikan hormat, pemuda-pemudi dalam video tersebut sangat menantikan Imam Mahdi hadir ditengah-tengah mereka.
Tidak hanya itu, terlihat juga dalam video banyak pemuda-pemudi berpakaian serba hitam terhanyut dalam suasana sedih dan ikut bernyanyi dengan sekelompok pemuda-pemudi tersebut.
Sontak saja, peristiwa ini menuai komentar positif dari warganet yang terharu dan bersimpati serta ikut bersedih mendengarkan lagu tersebut.
Namun, ada fakta menarik yang terungkap, setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata yang menyanyikan lagu Salam Ya Mahdi bukanlah pemuda Palestina dan lagu ini juga bukan lagu khusus yang ditujukan untuk kemerdekaan saudara muslim yang ada di Palestina. Bahkan, bukan lagu yang dibuat khusus tentang Palestina.
Dalam video tersebut, lagu Salam Ya Mahdi ini ternyata dinyanyikan oleh pemuda-pemudi yang berasal dari Libanon.
Jika kita benar-benar memperhatikan liriknya, lagu tersebut menggambarkan salam dan pengagungan mereka terhadap Imam Mahdi.
Lalu siapa Imam Mahdi yang mereka maksud?
Nah, Imam Mahdi yang diagungkan adalah seorang tokoh yang bernama Muhammad Al Mahdi bin Hasan Al-Askari. Ia merupakan imam terakhir dari kepercayaan kaum Syiah.
Muhammad Al Mahdi bin Hasan Al-Askari hidup pada abad ke-9 masehi dan menduduki Imam ke-12 dalam kepercayaan Syiah. Menurut kepercayaan mereka, Al-Mahdi adalah penghuni bangunan di bawah tanah, yaitu imam keduabelas dari silsilah al-imamiyyah al-itsna ‘asyariyyah. Seorang imam al-muntazhar (yang ditunggu) kemunculannya dari tempat persembunyiannya di Samarra`.
Mereka meyakini jika Al-Mahdi diberikan umur panjang hingga nanti akan muncul kembali ketika akhir zaman dan akan membela Kaum Syiah untuk dapat bertahan dalam situasi yang sulit serta memberi harapan masa depan yang penuh keadilan.
Orang-orang Syiah berkeyakinan bahwa Al-Mahdi tengah sembunyi. Sebagaimana dinyatakan Al-Hafizh Abu Nu’aim Al-Ashbahani radhiyallahu ‘anhu yang mengutip pernyataan Al-Kulaini (seorang pendeta terkemuka Syiah) dalam kitabnya Al-Kafi, bahwa Al-Mahdi yang diyakini kaum Syiah terhalangi kemunculannya karena takut dibunuh. Lantas, dia akan muncul dari dalam bangunan bawah tanah Samarra.
Namun, perkataan kaum Syi’ah yang meyakini Al-Mahdi menetap dalam bangunan bawah tanah Samarra cuma sekadar mitos belaka. Seperti diungkapkan Ibnu Katsir radhiyallahu ‘Anhu dalam An-Nihayah fil Fitan wal Malahim (hal. 44), bahwa keyakinan orang-orang Rafidhah yang menyatakan bahwa Al-Mahdi sekarang berada di bangunan bawah tanah Samarra dan mereka akan menunggu munculnya pada akhir zaman nanti; merupakan satu bentuk igauan yang hina dari setan. Sebab, tidak ada dalil maupun keterangan sama sekali baik dari Alquran maupun As-Sunnah. Tidak pula dari akal yang shahih dan istihsan.
Sementara itu, jauh berbeda dengan Syiah, Ahlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) meyakini bahwa Al-Mahdi akan muncul pada akhir zaman, sebelum Nabi Isa Alayhissalam turun. Dia seorang laki-laki keturunan ahlul bait. Melalui dia, Allah Swt kokohkan agama. Dia akan berkuasa selama tujuh tahun. Pada masanya bumi dipenuhi dengan keadilan sebagaimana kelaliman dan kezaliman sempat meliputi bumi sebelumnya. Umat merasakan nikmat di bawah kekuasaannya dan belum pernah ada kenikmatan yang dirasakan seperti itu. Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit mengguyuri dengan hujan. Kala itu, harta diberikan tanpa batas. (Asyrath As-Sa’ah, Yusuf bin Abdillah Al-Wabil, hal. 249, At-Tadzkirah fi Ahwalil Mauta wa Umuril Akhirah, Al-Qurthubi, hal. 517)
Ahlus Sunnah wal Jamaah juga meyakini bahwa Al Mahdi adalah seorang laki-laki yang bernama seperti Rasulullah Shalallahu alayhi wa sallam dan nama ayahnya seperti nama ayah Nabi Shalallahu alayhi wa sallam. Maka, dia bernama Muhammad atau Ahmad bin Abdillah. Dia dari keturunan Fathimah bintu Rasulillah Shalallahu alayhi wa sallam, kemudian berasal dari Al-Hasan bin ‘Ali ra. Menurut Ibnu Katsir ra dalam An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, disebutkan nama Al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi Al-Fathimi Al-Hasani.
Maka, sosok Al-Mahdi yang disebutkan kalangan Syiah Rafidhah adalah sosok yang batil. Ini bertentangan dengan hadits-hadits shahih sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu alayhi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra:
“Andai tak tersisa lagi di dunia kecuali satu hari yang Allah panjangkan hari itu sehingga akan muncul seorang laki-laki dari keturunanku atau dari ahli baitku, yang namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku, (saat itu) bumi dipenuhi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi dengan kelaliman dan kezaliman.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
“Namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku.” (menunjukkan) bahwa Al-Mahdi yang dikabarkan Nabi Shalallahu alayhi wa sallam namanya Muhammad bin Abdillah bukan Muhammad bin Al-Hasan. (zarahamala/arrahmah.id)