IDLIB (Arrahmah.com) – Penembakan oleh rezim Suriah di daerah kantong Idlib yang dikuasai oposisi menewaskan 11 orang pada Kamis (10/6/2021), salah satu pelanggaran paling mematikan dari gencatan senjata 15 bulan, ujar laporan kelompok pemantau perang.
Seorang koresponden AFP di daerah itu melihat sisa-sisa sebuah rumah yang hancur oleh tembakan roket serta kendaraan hangus yang diparkir di luar.
Jenazah beberapa korban dibaringkan di lantai dan ditutupi selimut.
Insiden itu dimulai dengan tembakan roket di dekat desa Iblin, yang terletak sekitar 25 kilometer (15 mil) barat daya kota Idlib.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan tiga warga sipil, termasuk seorang pria, seorang wanita dan anaknya, tewas dalam penembakan itu, yang terjadi di dekat garis yang memisahkan pasukan rezim dari daerah kantong yang dikuasai oposisi.
Serangan kedua menewaskan tujuh orang yang berkumpul di lokasi serangan pertama, ujar SOHR.
Mereka semua adalah anggota atau afiliasi dari aliansi Hai’ah Tahrir Syam (HTS), sebuah kelompok perlawanan yang mencakup mantan anggota bekas jaringan Al-Qaeda Suriah, menurut SOHR.
Serangan itu adalah salah satu yang paling mematikan sejak gencatan senjata Maret 2020, yang ditengahi oleh perantara utama konflik Rusia dan Turki.
Seorang juru bicara HTS dan koordinator media HTS termasuk di antara tujuh orang yang tewas, tambah SOHR.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke wartawan lokal melalui Whatsapp, HTS mengonfirmasi bahwa tiga anggotanya termasuk di antara mereka yang tewas.
Berdiri di depan sebuah rumah yang diratakan oleh tembakan roket, Ibrahim Harmoush mengatakan banyak orang telah berkumpul di jalan setelah serangan pertama, yang menyebabkan meningkatnya korban ketika serangan kedua menyusul.
“Kami bangun di pagi hari karena suara tembakan dan tembakan artileri,” ujar penduduk setempat yang berusia 30 tahun.
HTS dan sekutunya menguasai sekitar setengah dari provinsi Idlib serta sebagian wilayah di provinsi tetangga Aleppo, Hama dan Latakia.
Lebih dari tiga juta orang tinggal di wilayah tersebut, setengah dari mereka telah mengungsi dari bagian lain negara yang dilanda perang itu.
Sejak kesepakatan gencatan senjata, rezim yang didukung Rusia telah berhenti meluncurkan serangan darat sepenuhnya untuk memenuhi janjinya untuk menaklukkan kembali seluruh negara.
Tetapi pelanggaran gencatan senjata relatif sering terjadi karena pasukan pemerintah berusaha mempertahankan cengkeraman mereka di daerah kantong itu.
Pekan lalu, pesawat tempur Rusia telah menggempur wilayah Idlib selatan bersamaan dengan penembakan artileri oleh pasukan rezim, menurut SOHR. (haninmazaya/arrahmah.com)