JAKARTA (Arrahmah.com) – Mantan staf ahli Panglima TNI, Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha menyatakan bahwa kondisi Indonesia kini diambang bahaya komunis. Demikian dilaporkan Panjimas, Senin (13/4/2015).
Adityawarman menyebut, Komunis Gaya Baru (KGB) pada awalnya terjadi ketika era reformasi. Hingga kini, orang-orang komunis berhasil menyusup ke dalam pemerintahan, diantaranya menduduki kursi DPR dan MPR RI.
“Komunis Gaya Baru ini memanfaatkan setiap situasi dan kondisi yang ada. Di era reformasi inilah mereka berhasil mendudukkan orangnya di DPR dan di MPR. Ini tidak fitnah, saya dapat data-datanya dan bisa dipertanggungjawab,” papar Brigjen TNI (Purn) Adityawarman Thaha dalam Pengajian Politik Islam (PPI) yang digelar di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Ahad (12/4).
Ia pun mengingatkan kepada masyarakat dan terutama kepada aparat agar tidak lalai dengan bahaya laten komunis. (Baca: Mantan Staf Ahli Panglima TNI: Amerika dan Cina Bersatu Kuasai Indonesia)
“Kalau kita bicara komunis dengan masyarakat yang tidak paham, atau jangankan masyarakat biasa, dengan aparat saja mereka ketawa,” tegasnya.
Para penganut komunis saat ini disinyalir sengaja menebar pengaruh di tengah masyarakat bahwa seolah paham komunis tidak lagi berbahaya atau sudah tidak ada.
“Itu yang mereka kembangkan di tengah masyarakat, sehingga kita terninabobokan dan satu persatu mereka nyalip masuk di dalam pemerintahan,” ungkapnya.
Gejala tersebut terlihat dengan mulai tak dibahas lagi kekejaman PKI dalam buku-buku sejarah di sekolah.
“Apalagi di dalam buku-buku pelajaran sengaja dihilangkan, tidak lagi disebut PKI. Dengan inilah kami akan mencoba menemui Mendikbud supaya sejarah itu diteruskan,” tuturnya.
Melihat gejala kebangkitan Komunis Gaya Baru (KGB) Adityawarman menegaskan bahwa Indonesia dalam bahaya.
“Saya berani mengatakan situasi kita hampir sama dengan tahun 1965,” tegas Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) tersebut.
Ia pun menyerukan kepada seluruh elemen bangsa Indonesia untuk waspada. “Mereka itu sudah ada di mana-mana!” tandasnya.
(adibahasan/arrahmah.com)