SURIAH (Arrahmah.com) – Ahrar Asy-Syam, salah satu dari enam kelompok jihad yang bergabung dalam Jabhah Islamiyah, meluncurkan serangan gabungan dengan dua cabang resmi Al-Qaeda di Suriah, Jabhah Nushrah dan Daulah Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Iraq and Sham (ISIS), melawan pasukan “Hizbullah” dan milisi syi’ah pro-Assad. Ahrar Asy-Syam juga terlibat dalam pengambilalihan terbaru sejumlah besar senjata dan amunisi milik militer oposisi nasionalis-sekuler Suriah.
Ahrar Asy-Syam mengumumkan bahwa mereka, bersama dengan Mujahidin Jabhah Nushrah dan ISIS menargetkan markas besar “Hizbullah” dan Abu Al-Fadhil Al’Abbas, milisi syi’ah Suriah pro-pemerintah, di wilayah Sayyidah Zaynab dan Hujayra, Damaskus. Meski tanggal pasti operasi tersebut tidak diungkapkan, pernyataan yang dikeluarkan oleh “Islamic Front / Ahrar al- Islamic Movement | Damaskus,” ini dirilis oleh kelompok tersebut pada Sabtu (7/12/2013) lalu, seperti dilansir LWJ.
“Mujahidin bertempur dengan milisi shabiha dengan senapan mesin ringan dan pistol berperedam, yang menyebabkan tewasnya lebih dari 50 shabiha, dan mengambil alih rampasan perang berupa sejumlah senjata individual,” ungkap Ahrar Asy-Syam. Selain itu, kelompok mujahidin tersebut juga menyergap pasokan dan menghancurkan “empat kendaraan tentara pengkhianat.”
Ahrar Asy-Sham, sebuah kekuatan jihad yang diperkirakan terdiri dari 10.000 sampai 20.000 mujahidin, telah lama melancarkan berbagai operasi jihad bersama dengan Jabhah Nushrah dan ISIS. Diantara operasi bersama tersebut termasuk menduduki pangkalan udara Taftanaz di Idlid pada bulan Januari, mengambil kendali kota Raqqah pada bulan Maret, melancarkan serangan di Idlib pada bulan Mei, menyerang kota Kristen Malula pada bulan September, dan melancarkan serangan-serangan terhadap musuh di wilayah Maksar Al-Husan, Job Al-Jarrah, dan Al-Massoudiyya, juga pada bulan September.
Ahrar Asy-Syam merupakan salah satu dari 11 kelompok jihad, termasuk Jabhah Nushrah, yang pada bulan September menolak Koalisi Nasional Suriah yang didukung Barat dan menyerukan pembentukan syariah, atau hukum Islam, di seluruh Suriah.
Pada bulan November, Ahrar As-Syam telah bergabung dalam Jabhah Islamiyah bersama dengan lima brigade Islam besar lainnya yang juga telah berjuang bersama dengan mujahidin cabang-cabang Al-Qaeda. Jabhah Islamiyah diperkirakan terdiri dari sekitar 45.000 mujahidin.
Piagam Jabhah Islamiyah, yang dirilis pada 26 November lalu, menyerukan pembentukan sebuah daulah Islam dan penerapan hukum Islam, keduanya merupakan tujuan bersama mujahidin Al-Qaeda dan seluruh dunia. Piagam tersebut juga menyatakan bahwa Jabhah Islamiyah akan terus berjuang bersama dengan cabang-cabang Al-Qaeda di Suriah dan menyambut mujahidin muhajirin dari seluruh dunia sebagai “saudara-saudara kami yang mendukung kami dalam jihad.”
Jabhah Islamiyah baru-baru ini menyita basis dan gudang di Suriah utara dekat perbatasan dengan Turki yang digunakan oleh militer oposisi nasionalis-sekuler Suriah dan kemudian menyimpan dan mendistribusikan senjata, amunisi, dan perlengkapan perangnya kepada mujahidin Islam. Bantuan persenjataan itu merupakan bantuan yang dikirim oleh AS dan Barat dan sejumlah nagara Arab kepada militer oposis nasionalis-sekuler Suriah.
Di antara perlengkapan yang disita dari militer oposisi nasionalis-sekuler Suriah oleh Jabhah Islamiyah tersebut ialah “2.000 senapan AK-47, 1.000 berbagai macam senjata -termasuk peluncur roket M79 Osa, granat berpeluncur roket, dan senapan mesin berat 14.5mm- di samping lebih dari 200 ton amunisi” dan “sedikitnya 100 kendaraan militer FSA,” menurut laporan pada Rabu (11/12) di Asharq Al-Awsat. Seorang komandan Ahrar Asy-Syam yang dikenal sebagai Abu Al-Nur dinyatakan sebagai pemimpin operasi tersebut. Gudang-gudang itu telah digerebek oleh Jabhah Islamiyah beberapa hari sebelum 24 November.
Penyitaan senjata dan peralatan yang dipasok Barat kepada militer oposisi sekuler oleh kelompok-kelompok jihad Islam telah berlangsung beberapa waktu. Pada pertengahan September, Mujahidin ISIS menggerebek sebuah depot senjata Dewan Tertinggi Militer FSA nasionalis di Suriah utara. Anggota Dewan mengatakan depot itu berisi senjata ringan dan amunisi. Pada waktu itu, Turki menutup pintu perbatasannya di Öncüpınar. Pada akhir Oktober, laporan dalam pers Turki pun menyatakan bahwa salibis AS telah menunda pengiriman senjata kepada pasukan oposisi nasionalis-sekuler Suriah di utara setelah Mujahidin ISIS melancarkan penyitaan besar di perbatasan.
Kinerja Mujahidin Jabhah Islamiyah dalam pengambilalihan skala besar baru-baru ini terhadap persenjataan dan peralatan pasukan oposisi sekuler Suriah juga membuat salibis AS dan Inggris menghentikan pengiriman semua persediaan bantuan untuk FSA nasionalis di Suriah utara. (banan/arrahmah.com)