GAZA (Arrahmah.id) – Sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam melalui Media Militer Al-Qassam pada Rabu (29/11/2023) mengatakan bahwa tiga tawanan “Israel”, anak berusia 10 bulan Kfir Bibas, saudara laki-lakinya yang berusia 4 tahun, dan ibu mereka telah tewas dalam pengeboman “Israel”.
Tentara “Israel” mengatakan sedang memeriksa klaim Brigade al-Qassam tersebut.
Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya menawan sekitar 240 tentara “Israel” dan warga sipil selama serangan terhadap permukiman dan pangkalan militer di sekitar Gaza pada 7 Oktober.
Hamas mengatakan para tawanan tersebut diperlakukan dengan baik, klaim yang juga diamini oleh beberapa tawanan yang sejauh ini telah dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara “Israel”.
Hamas diyakini menahan sisa tawanan di jaringan terowongan luas yang telah dibangun Hamas selama bertahun-tahun.
Namun serangan udara “Israel”, yang telah meratakan seluruh lingkungan, mungkin telah memutus jalur antar terowongan, sehingga menyulitkan Hamas untuk menemukan tawanan.
Salah satu sumber Palestina yang berbicara kepada Reuters mengatakan pengeboman itu “memperumit” situasi para tawanan.
Hamas mengatakan lebih dari 60 tawanan hilang akibat serangan udara “Israel”.
Setidaknya dua jenazah tawanan telah ditemukan oleh pasukan “Israel”, yang melancarkan invasi darat di Gaza utara tiga pekan kemudian, pada 27 Oktober.
Pertukaran tawanan antara Hamas dan “Israel” adalah bagian dari gencatan senjata empat hari yang dimulai Jumat (24/11), dan diperpanjang selama dua hari tambahan.
Pada Rabu (29/11), Hamas dan “Israel” diduga melakukan pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata dan menukar lebih banyak tawanan.
Namun ketika para mediator mencoba untuk menjamin perpanjangan gencatan senjata, Hamas mungkin akan kesulitan untuk menemukan lebih banyak tawanan dalam kekacauan yang diakibatkan kampanye pengeboman yang telah dilakukan “Israel”, kata sumber keamanan Palestina dan Mesir yang mengetahui perundingan tersebut.
Ketika Hamas merencanakan dan melancarkan serangan tanggal 7 Oktober, kelompok perlawanan Palestina lainnya dan warga sipil segera bergabung, menyerbu “Israel” dan menangkap lebih banyak orang. Hamas mengatakan pihaknya sedang berupaya untuk menemukan mereka di Jalur Gaza.
Hamas mungkin juga menyembunyikan informasi, kata sumber yang berbicara dengan Reuters. Mediator Mesir yakin Hamas menyembunyikan sebagian dari apa yang mereka ketahui, dan mengatakan bahwa mereka perlu melakukan hal tersebut demi alasan keamanan dan sebagai strategi negosiasi, kata sumber keamanan Mesir. (zarahamala/arrahmah.id)