LONDON (Arrahmah.id) – Menteri Dalam Negeri Inggris Suella Braverman mengatakan bahwa Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) adalah ancaman terbesar bagi keamanan nasional Inggris, menurut sebuah laporan oleh The Sunday Times.
Braverman, yang terkenal karena sikap anti-imigrasinya, khawatir kelompok tersebut meningkatkan aktivitasnya.
Dia telah menyatakan keprihatinan tentang laporan intelijen yang mengklaim bahwa mata-mata Iran berusaha merekrut anggota geng kejahatan terorganisir untuk menargetkan para pembangkang Iran yang tinggal di Inggris.
“Ancaman Iran adalah yang paling mengkhawatirkan [Inggris],” kata seorang sumber yang dekat dengan menteri dalam negeri kepada The Sunday Times. “Ini masalah besar karena mereka semakin agresif dan nafsu makan mereka meningkat… Mereka sangat defensif terhadap siapapun yang menantang rezim mereka”, tambah sumber tersebut.
Menurut laporan oleh badan kontraintelijen dan keamanan domestik Inggris MI5, pemerintah Iran berada di balik sepuluh rencana pembunuhan dan penculikan di Inggris sejak Januari saja. Polisi Metropolitan mengatakan pada Februari bahwa jumlahnya telah meningkat menjadi lima belas.
IRGC adalah penjaga utama revolusi Islam Iran dan memainkan peran utama dalam kebijakan luar negeri negara itu, termasuk intervensi Iran di Suriah atas nama Bashar Asad. Mereka juga mengendalikan segmen besar ekonomi Iran.
Organisasi tersebut telah memainkan peran kunci dalam menghancurkan protes yang muncul di Iran setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun, yang ditangkap oleh “polisi moralitas” karena tidak mengenakan jilbab dengan benar.
Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengumumkan sanksi terhadap IRGC, tetapi ada tekanan bagi pemerintah Inggris untuk melampaui batas ini.
Alice Kearns MP, ketua komite pemilihan urusan luar negeri, menyatakan bahwa IRGC harus dilarang bukan hanya karena ancamannya terhadap Inggris, tetapi juga karena “kampanye penindasan transnasional” di seluruh dunia, khususnya di Suriah dan Irak.
IRGC adalah organisasi teroris terlarang di AS, sekutu terpenting Inggris dalam urusan intelijen dan kebijakan luar negeri lainnya.
Meskipun demikian, Kementerian Dalam Negeri Inggris telah menolak secara resmi menyebut IRGC sebagai organisasi teroris, karena khawatir hal itu akan mempersulit untuk menghidupkan kembali pembicaraan tentang kesepakatan nuklir Iran yang gagal. (zarahamala/arrahmah.id)