BOJONEGORO (Arrahmah.com) – Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir di Bojonegoro mencapai angka Rp13.917.625.000. Kerugian itu meliputi tanaman padi yang gagal panen, hilangnya harta benda milik korban banjir, dan kerusakan infrastruktur.
Hal ini setelah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro merekapitulasi kerugian akibat banjir luapan Sungai Bengawan Solo.
Kerugian itu terperinci dari Kecamatan Balen Rp10.000.000, Kecamatan Trucuk Rp75.000.000, Kecamatan Kapas Rp225.375.000, Kecamatan Dander Rp1.250.000.000, Kecamatan Kanor Rp2.564.000.000, Kecamatan Baureno Rp8.469.300.000, Kecamatan Malo Rp1.291.450.000, dan Kecamtan Ngraho Rp32.500.000.
Dari 15 kecamatan yang terdampak ada enam kecamatan yang belum melaporkan dampak kerugian yang dialami. Di antaranya adalah Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Padangan, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Kasiman, Kecamatan Gayam, dan Kecamatan Sumberejo.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Bojonegoro, Amir Syahid, kerugian akibat banjir luapan Bengawan Solo sebetulnya lebih besar. Sebab, kata dia, beberapa kecamatan belum selesai membuat taksiran kerugian dan belum melaporkan pada BPBD.
Sementara kerugian paling besar berasal dari lahan pertanian yang terendam banjir. “Banyak tanaman padi yang siap panen diterjang banjir. Akibatnya, banyak lahan padi yang membusuk dan gagal panen,” ujarnya, lansir Beritajatim Kamis (26/12/2013).
Sebagai informasi, banjir luapan Bengawan Solo meluap hingga 96 desa di 15 kecamatan. Rumah warga yang tergenang banjir mencapai 8.418 unit. Luas tanaman padi yang terendam banjir mencapai 4.965 hektare, palawija seluas 575 hektare, dan pekarangan 379 hektare.
Beberapa sarana umum yang terendam di antaranya gedung sekolah TK sebanyak 15 unit, SD 29 unit, SMP 3 unit, masjid 14 unit, musala 90 unit. Sedangkan untuk jalan desa yang terendam banjir mencapai 151.722 meter, jalan kabupaten sepanjang 4.670 meter dan jembatan sebanyak 18 unit. (azm/arrahmah.com)