(Arrahmah.id) – Para ulama dalam budaya Islam turut memberikan kontribusi signifikan terhadap botani, herbal dan penyembuhan serta pengetahuan tentang tanaman. Mereka mengklasifikasikan tumbuhan menjadi 3: yang tumbuh dari stek, yang tumbuh dari biji, dan yang tumbuh secara spontan.
Al Qur’an adalah inspirasi bagi mereka dalam melakukan penelitian, betapa seringnya Al Qur’an menyebutkan nama-nama tumbuhan saat menggambarkan surga. Lebih dari itu sebagai tanda kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta. Para cendekiawan muslim juga memfokuskan diri mempelajari ilmu botani karena didasarkan pada kesadaran akan pentingnya penelitian tentang tanaman obat, sebagai respon atas kebutuhan medis yang berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental masyarakat. Mereka menciptakan konteks munculnya farmakologi dalam peradaban Islam.
Informasi yang cukup tentang herbal terkandung dalam berbagai literatur Islam abad pertengahan, di mana kehidupan tanaman terkait erat dengan filologi, kedokteran dan agronomi. Selain itu, tanaman dibahas dalam karya filosofis, magis, ensiklopedis, dan geografis.
Sebagai hasil dari meluasnya kekuasaan Islam secara geografis, penambahan informasi dari sumber-sumber di Timur Tengah, India dan Afrika Utara menambah kaya khazanah literatur botani para cendekiawan muslim dalam menemukan arti sebenarnya dari tanaman. Ahli botani Muslim tahu bagaimana menghasilkan buah baru dengan mencangkok, mereka menggabungkan semak mawar dan pohon almond untuk menghasilkan bunga indah yang langka. Mereka membuat kebun raya yang berisi tanaman asli dan eksotis, membudidayakan berbagai macam tanaman untuk wewangian, kuliner dan obat.
Ilmu botani mencapai puncak kejayaannya di Spanyol. Muslim Spanyol memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang ini, beberapa dari mereka dikenal sebagai ahli botani terbesar abad pertengahan. Mereka sangat tekun dalam mengamati, sehingga mampu menemukan perbedaan fisiologis sekecil apapun diantara tanaman, mereka mengembangkan pertanian dan hortikultura dalam skala besar. Muslim Spanyol sangat maju dalam ilmu botani jauh melampaui negara manapun pada masa itu. Kebun raya dibangun di Cordova, Baghdad, Kairo, dan Fez untuk tujuan pengajaran dan eksperimen.
Ahli botani muslim Spanyol adalah yang terbaik di dunia. Beberapa diantaranya, sang ahli fisika Cordoba, Al-Ghafiqi (w. 1165), adalah seorang ahli botani terkenal yang mengumpulkan tanaman di Spanyol dan Afrika. Beliau memberi nama masing-masing tanaman dalam bahasa Arab, Latin dan Berber.
Abu Zakariya Yahya Ibnu Muhammad Ibn Al-Awwan lahir pada akhir abad ke-12 di Seville. Beliau menulis risalah tentang pertanian di abad pertengahan, Kitab Al-Filahah. Kitab ini mencakup 585 tanaman dan lebih dari 50 pohon buah-buahan, juga membahas tentang berbagai jenis penyakit tanaman dan obatnya.
Abu Al-Abbas Al-Nabati (w. 1200) adalah seorang ilmuwan, ahli botani, apoteker dan teolog Andalusia. Beliau terkenal akan metode ilmiah eksperimental di bidang Materia Medica. Al Nabati adalah guru dari sesama ahli botani Andalusia, Ibnu Al-Baitar.
Selanjutnya, ada Abu Da’ud Sulayman bin Hassan atau yang dikenal sebagai Ibnu Juljul, seorang herbalis kenamaan Spanyol. Lahir di Cordoba, 332 H/944 M. Belajar ilmu kedokteran sejak usia 15 tahun, beliau adalah dokter pribadi Khalifah Al-Mu’ayyad Billah Hisyam, 977 – 1009 M.
Para cendekiawan muslim menyadari bahwa distribusi tanaman dimodifikasi oleh perubahan topografi dan perbedaan karakter tanah. Mereka membedakan jenis tanaman menurut asalnya, apakah tanaman itu ditemukan di hutan belantara, di puncak gunung, di tepi sungai, atau di tepi laut.
Ahli botani lain, Ibnu Sauri ditemani oleh seorang seniman selama perjalanannya di Suriah, membuat sketsa tanaman yang mereka temukan. Ibnu Wahshiya menulis karyanya yang terkenal Al-Filahah Al-Nabatiyah yang berisi informasi berharga tentang hewan dan tumbuhan.
Para penjelajah muslim merangkum sifat, variasi, lokasi dan asal berbagai tanaman. Tulisan-tulisan mereka merupakan warisan sastra yang berharga. Ibnu Battuta (w. 1377) menggambarkan dalam Rihla-nya buah Isfahan (aprikot, quince, anggur, semangka) pohon buah-buahan India (mangga dan jeruk manis). Di Malabar, kayu manis dan kacang Brazil. Di Maladewa, pohon kelapa, palem, lemon dan lainnya.
Abu Hanifah Ahmad Ibn Dawud Dinawari (828 – 896 M) adalah seorang polymath, astronom, ahli pertanian, ahli botani, pakar geografi, matematikawan, dan sejarawan asal Iran. Kontribusi beliau yang paling terkenal adalah Book of Plants(Kitab Al-Nabat), beliau dianggap sebagai pendiri botani Arab.
Al-Dinawari adalah salah satu ahli botani Muslim paling awal. Karya beliau yang sebagian besar terbatas pada flora Arabia adalah sebuah karya filologis yang paling komprehensif dan metodis tentang tumbuh-tumbuhan. Kitab Al-Nabat ditasbihkan sebagai karya yang secara metode paling unggul dalam hal botani yang berorientasi filologis.
Selain di Spanyol dan Jazirah Arab, di Mughal India, hortikultura berkembang dengan penciptaan taman Mughal yang indah. Berbagai produk botani dan penemuan ilmiah yang dibuat di bidang ini sangat berperan dalam pengembangan sektor ekonomi. Kaisar Mughal, Jahangir terkenal karena perlindungannya terhadap lukisan dan berbagai gambar botani. Ilustrasi botani banyak menghiasi dinding istana beliau. (zarahamala/arrahmah.id)