(Arrahmah.com) – Bagi kaum Muslim peristiwa 11 Juli 1995 mungkin tidak akan terlupakan. Peristiwa yang disebut-sebut sebagai kejadian pertama yang ditetapkan sebagai genosida setelah Perang Dunia II.
Kekejaman perang dilakukan semua pihak tapi penduduk Muslim Bosnia lah yang bisa dikatakan menderita perlakuan sangat buruk dan itu adalah pembantaian yang dilakukan terhadap warga Bosnia terutama di Sarajevo dan Srebrenica yang telah identik dengan konflik itu.
Peristiwa 21 tahun ini tetap menjadikan sesak dalam dada kaum Muslimin, karena hanya dalam waktu 3 hari pasukan Serbia Bosnia pimpinan Jendral Mladic membantai 8000 Muslim Bosnia. Namun yang disayangkan Mahkahmah Internasional hanya mengecam peristiwa tersebut. Tentu Ini tidak sebanding dengan harga nyawa 8000 kaum muslimin, ditambah lagi infrastruktur yang dimiliki kaum muslim hangus dibakar serta para muslimah di perkosa dan anak laki-laki dibantai habis-habisan
Hingga sekarang ini masih banyak bekas-bekas peniggalan pembantaian tersebut. Termasuk 1000 korban lebih belum ditemukan dari 136 kerangka mayat yang baru teridentifikasi. Dari seluruh mayat tersebut akan dimakamkan di Potocari Bosnia Timur.
Semenjak ketidakstabilan perpolitikan dinegara-negara Uni Soviet yang menyebabkan runtuhnya komunis. Sehingga Yugaslavia yang dahulu satu kesatuan negara harus terpecah menjadi lima negara kecil seperti Bosnia, Kroasia, Slovenia, Serbia, Montenegro, dan Macedonia.
Pada saat itu Bosnia merupakan negara dengan etnis Muslim terbesar diantara lima negara pecahan tersebut. berpenduduk 4,3 juta jiwa, dengan komposisi 43,7% etnis Bosnia (90% muslim), 31,3% etnis Serbia/Serbia- Bosnia (93% beragama Kristen Ortodox), 17,3% etnis Kroasia/Kroasia-Bosnia (88% beragama Katolik Roma) dan etnis lainnya 5,5%, dilansir oleh islampos.com (17/10/12)
Ketika tahun 1992 meletuslah perang antara Kroasia, Serbia, dan Bosnia. Pada saat Bosnia mengalami kehancuran sedikit demi sedikit etnis Kroasia yang berada di Bosnia dibantu oleh negara Kroasia. Namun terjadi penghianatan oleh negara Kroasia yang ingin merebut wilayah kekuasaan. Sehingga kekuasaan wilayah Bosnia terpecah 70% oleh Serbia, 20% oleh Kroasia, dan 10% oleh Bosnia.
Perebutan wilayah Bosnia menyebabkan kondisi kaum muslimin pada saat itu terpepet oleh dua negara yang ingin menguasai wilayah tersebut. Sehingga kaum muslimin terpaksa diungsikan di camp-camp pengungsian yang dinyatakan PBB sebagai zona aman.
Hingga pada titik puncaknya pada tanggal 6 Juli 1995. Ketika itu pasukan Korp Drina tentara Serbia menghancurkan pos-pos tentara perdamaian Srebrenica hingga pada tanggal 11 Juli pasukan memasuki wilayah tersebut
Pasukan Perdamaian menyerahkan 8000 kaum Muslimin sebagai tebusan 4 pasukan perdamaian yang ditawan oleh pasukan Serbia. Pada saat itu pasukan Serbia memisahkan antara muslim laki-laki dan perempuan untuk dipenggal dan diperkosa.
Dokumen yang baru terungkap dari perang Bosnia dan pembantaian Muslim tahun 1990 di sana oleh regu pembantai Serbia menunjukkan bahwa AS, Inggris dan Perancis berada di balik pembantaian terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II itu.
Menurut kabel rahasia AS, yang dikutip dalam laporan hari Sabtu oleh harian Inggris, The Guardian, yang memberikan rincian pembunuhan yang dicapai badan-badan intelijen Barat dan para pengambil keputusan segera setelah pembantaian itu dimulai pada tanggal 13 Juli 1995.
“CIA menyaksikan pembantaian itu secara ‘live’ di pos satelit di Wina. Sejak hari itu, pesawat mata-mata menangkap apa yang terjadi. Orang-orang yang berdiri ditahan oleh para penjaga bersenjata. Kemudian gambar menunjukkan mereka berbaring di ladang, dan mati,” tambah laporan itu, mengutip salah satu kabel rahasia.
Sungguh mengerikan, negeri-negeri Muslim menjadi medan pembantaian oleh musuh. Saat ini, Amerika membentuk koalisi sejumlah negara untuk menyerang kaum Muslim dengan dalih memerangi terorisme. Rusia pun membentuk koalisi dengan Iran, Baghdad dan Damaskus yang tunduk padanya, juga dengan dalih memerangi terorisme. Pada waktu dimana mereka sendiri adalah poros dan sumber terorisme. Aksi brutal selalu menyertai mereka dimana mereka ada. Mereka sepakat memerangi Islam dan pemeluknya. Inilah kebiasaan musuh-musuh Islam. Mereka berselisih atas berbagai perkara, tetapi bersatu menentang Islam.
Taufik Setia Permana, Humas BDM al Hikmah Universitas Negeri Malang
(*/arrahmah.com)