MOSKOW (Arrahmah.id) – Bos pasukan tentara bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin, melanjutkan perang kata-kata yang telah berlangsung berbulan-bulan dengan pimpinan angkatan bersenjata Rusia dengan menuduh pasukan pro-Moskow menanam ranjau untuk melukai para pejuangnya saat mereka mundur dari Bakhmut.
Prigozhin membuat klaimnya pada Jumat (2/6/2023) ketika tentara bayaran Wagner sebagian besar telah mundur dari kota Bakhmut, Ukraina timur, setelah berbulan-bulan pertempuran berdarah dan jatuhnya banyak korban jiwa. Posisi Wagner di kota yang hancur itu diserahkan kepada tentara Rusia, ujarnya, lansir Al Jazeera.
Menulis di Telegram, Prigozhin mengatakan bahwa anak buahnya telah menemukan selusin lokasi di mana para pejabat kementerian pertahanan Rusia telah menanam berbagai alat peledak, termasuk ratusan ranjau anti-tank.
Ketika ditanya mengapa ranjau-ranjau itu dipasang dan bahan peledak dipasang, pejabat kementerian pertahanan mengindikasikan bahwa itu adalah perintah dari atasan mereka, kata Prigozhin.
“Ranjau-ranjau ini tidak perlu ditanam untuk menghalangi musuh, karena (area yang dimaksud) berada di area belakang,” katanya.
“Oleh karena itu, kita bisa berasumsi bahwa ranjau-ranjau ini dimaksudkan untuk menghadapi unit-unit Wagner yang bergerak maju,” kata Prigozhin.
Tak satu pun dari peledak itu meledak dan tidak ada yang terluka, tambahnya.
“Kami berasumsi bahwa ini adalah upaya pencambukan di depan umum.”
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera memberikan komentar.
Prigozhin mengeluh selama berbulan-bulan bahwa anak buahnya tidak diberi amunisi yang cukup oleh para petinggi Rusia untuk menyerang Bakhmut dan mengklaim bahwa para pejuangnya didiskriminasi.
Kritik bos Wagner yang sering melontarkan sumpah serapah terhadap kepemimpinan militer Rusia dikritik oleh komandan pro-Moskow lainnya yang telah bertempur di Ukraina -yang secara potensial menunjukkan adanya keretakan di antara pasukan sekutu Kremlin dalam perang tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)