CHECHNYA (Arrahmah.com) – Tepat 70 tahun yang lalu, pada tanggal 23 Februari 1944, tentara penjajah Rusia dan polisi rahasia NKVD (Kini FSB-KGB), melakukan operasi dengan nama misi “chechevitsa (Lentils)”, lapor Kavkaz Center.
Dalam waktu 6 hari (23-29 Februari), seluruh penduduk Chechnya-Ingushetia dimasukkan ke dalam mobil box dan dideportasi ke Asia Tengah.
Mereka yang tidak bisa dideportasi dengan berbagai alasan, seperti penduduk Khaibakh (700 orang), pasien di rumah sakit Urus-Martan (lebih dari 200 orang), penduduk di pegunungan Galanchozh (6.000 orang) dibunuh oleh Rusia di tempat. Beberapa dibakar hidup-hidup misalnya di kandang pertanian, yang lain ditembak mati dan dikubur di halaman rumah sakit, yang lainnya tenggelam di danau Galanchozh.
Puluhan ribu orang tewas dalam deportasi dan kelaparan, kedinginan dan penyakit. Selama 13 tahun pengasingan mereka, Chechnya dna Ingushetia kehilangan lebih dari 50 persen populasi mereka.
Pada 23 Februari 1994, di ibukota Chechnya, Jokhar (dahulum Grozny), dibangun kompleks untuk memperingati para korban deportasi. Kompleks ini bertahan selama dua perang Rusia-chechnya, namun tidak bertahan dari pengkhianatan.
Otoritas boneka Chechnya memindahkan hari peringatan dari tanggal 23 Februari menjadi 10 Mei (hari kesedihan diperintahkan untuk diperingati pada pemakaman ayah Kadyrov bukan pada hari pengusiran Chechen dan Ingushes dari tanah air mereka).
Saat ini, otoritas boneka memutuskan untuk menghancurkan sisa-sisa terakhir dari pembunuhan dan pembunuhan massal dari Vainakhs (nama umum untuk Chechen dan Ingushes).
Sampai saat ini, kompleks yang tersembunyi di balik pagar tinggi, sehingga batu nisan kuburan korban bisa secara diam-diam digunakan oleh penjajah Rusia untuk membangun jalan. Kini, pekerja asing asal Asia Tengah diam-diam membongkar kompleks tersebut atas perintah Rusia. Batu nisan dipindahkan ke daerah pembuangan.
Menurut sumber setempat, Kadyrov menuntut untuk menghapus penyebutan deportasi dan memerintahkan rakyat Chechnya untuk merayakan 23 Februari sebagai Hari Angkatan Darat Rusia, yang telah membantai rakyat Chechnya selama 400 tahun.
Pada 23 Februari 1944, semua Chechen dan Ingushes dideportasi tanpa pengecualian. Di bulan Februari di mana salju turun dengan lebatnya, ratusan ribu orang dideportasi dan dikirim ke kematian.
Deportasi itu diklaim oleh Stalin dilakukan karena fakta bahwa Chechen secara sukarela bergabung dengan formasil yang dibentuk oleh Jerman dan berdiri dengan senjata mereka melawan Tentara Merah Rusia.
Sementara itu, seorang pengamat politik terkenal, Abdurakhman Avtorkhanov, menulis : “Sebelum menemukan penjelasan untuk keputusan Stalin yang menewaskan ratusan ribu orang tidak bersalah, tidak akan menjadi hal yang buruk untuk melihat peta perang di Kaukasus pada tahun 1942-1944 untuk melihat bahwa wilayah Chechnya-Ingush tidak pernah dibebaskan oleh Jerman. Untuk alasan itu saja, tidak akan ada kolaborasi massa dengan Jerman.”
Avtorkhanov menjelaskan, alasan pemusnahan masyarakat Chechnya adalah :
1. Perjuangan terus-menerus dari Chechen dan Ingushes untuk kemerdekaan mereka. Sebuah penolakan yang sebenarnya dari sistem yang menidas dari rezim kolonial Rusia.
2. Keinginan Moskow untuk mengamankan Kaukasus untuk digunakan dalam konfrontasi masa depan dengan Barat.
3. Tidak hanya untuk melestarikan Kaukasus sebagai basis strategis, bebas dari resiko internal dan kerentanan, tetapi juga untuk mengubahkan menjadi basis yang dapat diandalkan untuk ekspansi masa depan melawan Turki, Iran, Pakistan dan India. (haninmazaya/arrahmah.com)