(Arrahmah.com) – AS mengklaim telah menyadap dan membuat laporan terperinci mengenai komunikasi antara Amir al-Qaeda, Syaikh Ayman az-Zawahiri, dengan Amir al-Qaeda Semenanjung Arab (AQAP), Nassir al-Wuhayshi, di Yaman.
Kedua tokoh senior al-Qaeda itu disebut-sebut membicarakan plot serangan besar di mana kemudian pakar bom al-Qaeda dikabarkan tengah mengembangkan sistem cerdik dalam menggunakan bahan peledak tak terdeteksi yang direndam ke pakaian.
Bom Cair ini menggunakan larutan bahan kimia yang diproses pada pakaian basah dan siap diledakkan ketika kering.
Bom ini tidak tampak dan tidak terdeteksi oleh sistem detektor bom mutakhir Barat, sumber keamanan AS mengatakan kepada jaringan TV Amerika ABC News pada Selasa (6/8/2013), seperti dilansir DM.
Seorang pakar bahan peledak Inggris, Sidney Alford, menyatakan bahwa metode baru itu memang memungkinkan jika menggunakan bahan kimia tertentu dengan proses yang tepat.
Metode baru ini diyakini AS merupakan kreasi ahli kimia al-Qaeda di Semenanjung Arab, Ibrahim Hassan al-Asiri (31).
Ibrahim al-Asiri juga diklaim AS sebagai kreator yang membuat perangkat bom untuk Umar Faruk Abdulmutallab dalam usahanya untuk meledakkan sebuah pesawat pada Hari Natal tahun 2009. Umar dikabarkan lolos melewati detektor bandara dan berada di pesawat jurusan Amsterdam ke Detroit. Namun upaya ini gagal sebelum sempat meledak.
Selain itu, Ibrahimjuga diyakini AS sebagai tokoh yang berada di balik Bom Printer yang dikirim dari Yaman ke AS pada tahun 2010.
Laporan AS yang lain bahkan mengklaim bahwa sang ahli ini juga sedang mengembangkan bom yang bisa dijahit di bawah kulit.
Tingkat ‘obrolan teror‘ terus dipantau oleh pihak AS dan Barat karena telah mereka anggap sebagai salah satu ancaman paling serius terhadap kepentingan Amerika dan Barat sejak serangan 9/11.
Sebagai salah satu respon mereka, Kementerian Luar Negeri juga mengevakuasi semua staf dari kedutaan Inggris di Yaman pada Selasa (6/8) malam.
Mereka, termasuk Duta Besar Jane Marriott, yang baru berada di sana selama satu bulan, diberitahu untuk kembali ke Inggris karena ‘meningkatnya kekhawatiran keamanan’.
AS juga memerintahkan semua personil di kedutaan Yaman untuk keluar, dan warga negara Amerika yang masih di negara itu diterbangkan untuk evakuasi dengan pesawat militer.
Sementara itu, puluhan Mujahidin al-Qaeda dikabarkan telah menyebar ke Sanaa dalam beberapa hari terakhir, membuat militer negara itu ketar-ketir dan mengambil langkah-langkah keamanan yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melindungi gedung-gedung pemerintahan mereka.
Pada Ahad (4/8), sebanyak 20 kedutaan dan konsulat AS ditutup setelah percakapan antara Syaikh Ayman az-Zawahiri dan Syaikh Nassir al-Wuhaysi tersebut dilaporkan telah disadap.
Seorang pejabat intelijen AS dan seorang diplomat Timur Tengah mengatakan komunikasi elektronik antara dua tokoh senior al-Qaeda itu disadap beberapa minggu lalu.
BBC juga melaporkan bahwa badan intelijen Yaman mendapati beberapa anggota al-Qaeda telah tiba di ibukota Yaman, Sanaa, selama beberapa hari terakhir, dan disebut-sebut telah siap untuk melancarkan plot besar.
Diklaim pula bahwa plot yang akan mencakup ledakan dan serangan syahid itu ditujukan untuk duta besar dan kedutaan Barat.
Kementerian Dalam Negeri Yaman kemudian mengirimkan kendaraan militer lapis baja untuk mengepung istana presiden dan gedung-gedung penting lainnya.
Mereka juga menyiapkan penjagaan di beberapa kedubes Barat di ibukota Sanaa.
Departemen Luar Negeri mengatakan dalam sebuah peringatan perjalanan bahwa pihaknya telah memerintahkan keberangkatan non-darurat personil pemerintah AS dari Yaman karena potensi lanjutan untuk serangan ‘teroris‘ dan mengatakan warga AS di Yaman harus segera pergi karena tingkat ancaman keamanan yang sangat tinggi.
BBC melaporkan bahwa Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS mengklaim, ancaman saat ini berasal dari al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), namun menolak untuk merilis rincian lebih lanjut.
Departemen Luar Negeri Inggris juga mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Karena meningkatnya masalah keamanan, semua staf di Kedutaan Besar Inggris sementara telah ditarik dan kedutaan akan tetap ditutup sampai staf dapat kembali.” (banan/arrahmah.com)