RIYADH (Arrahmah.id) — Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mendesak semua negara untuk berhenti mengekspor senjata ke Israel. Desakan ini muncul sebagai bentuk protes atas kekejaman Israel di Gaza.
Dilansir Al Arabiya (21/11/2023), seruan itu MBS sampaikan ketika berbicara dalam pertemuan virtual BRICS yang diikuti oleh Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Salah satu poin yang dibahas yakni terkait eskalasi konflik Israel-Hamas.
Dalam sambutannya, MBS menegaskan kembali penolakan Arab Saudi atas serangan Israel di Gaza. Saudi juga menentang pengusiran paksa warga Palestina dari wilayah tersebut.
MBS menyerukan diakhirinya konflik dengan mengedepankan solusi dua negara.
Sebelumnya pada pertemuan Liga Arab dan negara OKI yang digelar beberapa waktu lalu, sejumlah negara Arab menolak permintaan Iran untuk melakukan embargo pengiriman bahan bakar ke Israel.
Pemerintahan Raja Salman pernah mengatakan alasannya pada 9 November pada Forum Ekonomi Bloomberg di Singapura pekan lalu, sebelum negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI bertemu, dikutip dari The News Arab (15/11).
Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid al-Falih, menyakinkan negara Teluk tersebut tidak memiliki rencana untuk menggunakan produksi minyak sebagai pengaruh dalam konflik Gaza. Termasuk untuk mendorong gencatan senjata.
“Hal itu tidak dibahas saat ini. Arab Saudi sedang berusaha menemukan perdamaian melalui diskusi damai,” tegas Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid al-Falih.
Perlu diketahui, embargo minyak pernah dilakukan Arab Saudi di tahun 1973. Kala itu, hukuman ini diberikan ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain atas dukungan mereka terhadap Israel dalam perang melawan Mesir dan Suriah, yang membuat harga minyak melambung tinggi.
Di sisi lain, di kesempatan yang al-Falih pun membahas mengenai normalisasi Israel dan Arab Saudi. Menurutnya pembukaan hubungan diplomatik dan perdangana itu masih dalam “pertimbangan”.
“Hal itu sudah didiskusikan,” ujarnya.
“Hal ini masih dibahas dan jelas kemunduran selama sebulan terakhir telah memperjelas mengapa Arab Saudi begitu bersikeras bahwa resolusi konflik Palestina harus menjadi bagian dari normalisasi yang lebih luas di Timur Tengah,” jelasnya.
Dalam laporan yang sama, dibeberkan bagaimana Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) meminta Washington memberikan jaminan keamanan dan akses terhadap teknologi nuklir sipil serta senjata canggih sebagai imbalan atas kesepakatan dengan Israel. Diplomat Arab Saudi juga mengatakan bahwa Israel harus menyetujui pembentukan negara Palestina sebagaimana dirinci dalam Inisiatif Perdamaian Saudi tahun 2002. (hanoum/arrahmah.id)