TRIPOLI (Arrahmah.com) – Harian Malta melaporkan bahwa lima perempuan yang menjadi bodyguard penguasa tiran Libya, Muammar Gaddafi, mengaku pernah diperkosa dan menjadi objek kekerasan oleh diktator Libya dan anak-anaknya.
Menurut Sunday Times of Malta, para mantan pengawal itu telah mengadu pada psikolog di Benghazi bahwa mereka diperkosa dan disiksa oleh Gaddafi dan putra-putranya sebelum akhirnya mereka dicampakkan karena para lelaki biadab itu merasa “bosan” dengan mereka.
Rincian keterangan tersebut saat ini sedang dikumpulkan oleh psikolog Seham Sergewa untuk digunakan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan Gaddafi juga anaknya Saif al-Islam Gaddafi atas kejahatan perang mereka.
Salah satu korban mengatakan ia dipaksa untuk bergabung dengan satuan pengawal perempuan Gaddafi setelah rezim mengarang cerita bahwa kakaknya tertangkap karena menyelundupkan obat-obatan terlarang ke Libya, dan dia akan dipenjarakan kecuali korban setuju untuk bergabung dengan brigade.
“Perempuan-perempuan itu pertama-tama akan diperkosa oleh sang diktator dan kemudian digilirkan, barang yang tak berharga, pada salah seorang putranya dan kemudian ke para pejabat tinggi rezim sebelum akhirnya dibuang,” lansir harian tersebut.
Sergewa juga telah menyelidiki klaim pemerkosaan sistematis yang telah dilakukan oleh kelompok pasukan bersenjata pro-Gaddafi selama konflik.
Sejak awal 1970-an, dan hingga saat ini, Gaddafi selalu dikelilingi oleh pengawal perempuan, yang dikenal sebagai “Amazon bodyguard”. Mereka mengenakan pakaian samaran, kuku yang indah dan maskara.
Perempuan-perempuan itu harus bersumpah untuk setia kepada Gaddafi, termasuk sumpah keperawanan (menjamin bahwa mereka masih gadis saat masuk ke dalam barisan pengawal Gaddafi), menurut laporan itu.
Bulan Juni ini, para loyalis Gaddafi mengungkapkan bahwa mereka melatih tentara perempuan sebagai bagian dari rencana rezim untuk memerangi para pemberontak Libya.
Guardian melaporkan bahwa 500 perempuan dari segala usia telah lulus program yang dirancang untuk mengajarkan pasukan perempuan pro pro-Gaddafi cara menggunakan senjata.
“Perempuan Libya kini bergabung dengan angkatan bersenjata melawan NATO. Kami melatih mereka. Peran utama mereka adalah mempertahankan rumah-rumah. Kami tidak memiliki rencana untuk mengirim mereka ke garis depan. Mereka tidak dilatih untuk itu, dan tentara kami sudah sangat efektif,” Moussa Ibrahim, juru bicara rezim Gaddafi, mengatakan kepada Guardian.
“Kami akan memastikan bahwa setiap ibu, yang merupakan simbol cinta dan penciptaan, adalah sebuah bom, sebuah mesin pembunuh,” tambah Moussa. (althaf/arrahmah.com)