NAIROBI (Arrahmah.com) – Kegagalan intelijen, lemahnya undang-undang “anti-terorisme”, korupsi dan persaingan antar polisi dan unit tentara, menciptakan kondisi yang memungkinkan serangan Westgate berlangsung, menurut laporan keamanan Barat yang bocor ke media.
Ada kemungkinan “tingkat tinggi” bahwa Asy-Syabaab, kelompok Islam Somalia yang berada di balik serangan tersebut, juga akan melakukan serangan di negara-negara lain di kawasan itu, lansir The Independent (20/10/2013).
Puluhan petugas FBI tiba di Kenya menyusul serangan Westgate untuk membantu penyelidikan. Berdasarkan informasi yang diterima dari pemerintah AS, Uganda baru saja menaikkan tingkat ancaman, peringatan untuk kemungkinan serangan.
Menurut dokumen tersebut, meskipun pejuang Islam dari luar negeri mungkin telah terlibat dalam perencanaan serangan, warga negara Kenya juga memiliki hubungan luas dengan Asy-Syabaab dan memainkan peran kunci dalam serangan tersebut.
Menurut Independent, laporan tersebut kemungkinan disusun oleh salah satu badan keamanan dari kekuatan Barat yang memiliki kehadiran militer di wilayah itu.
Para pengamat mencatat bahwa ada beberapa peringatan tentang kemungkinan serangan di Nairobi. Mereka menunjukkan bahwa media Kenya telah mengungkapkan bahwa pasukan keamanan berada di kompleks perbelanjaan itu 24 jam sebelum serangan dilancarkan, namun gagal untuk menemukan senjata yang disimpan di dalam mall oleh penyerang. Pemerintah “Israel” juga telah menyuarakan “keprihatinan” atas yang terjadi di mall yang menjadi tempat liburan Yahudi di Kenya.
Pihak berwenang Kenya awalnya menyatakan bahwa hingga belasan orang melakukan serangan Westgate dengan saksi mengklaim seorang wanita merupakan salah satu di antara mereka, yang mengarah ke spekulasi bahwa itu adalah Lewthwaite. Para analis yang menyusun laporan tersebut mengatakan tidak ada bukti bahwa dia hadir di tempat kejadian.
Laporan ini menegaskan adanya keterlibatan warga Kenya dengan Asy-Syabaab dengan sekitar 300 orang berada dalam jajaran organisasi.
Tindakan kejam oleh pasukan keamanan Kenya telah mendorong beberapa pemuda Muslim Kenya bergabung ke dalam barisan kelompok “militan”, menurut laporan itu.
Komando dan kontrol pasukan keamanan Kenya juga perlu dikaji secara menyeluruh, ujar dokumen tersebut. Ada masalah dengan komunikasi, juga persaingan yang memecah belah. Salah satu contoh adalah polisi terlatih dikesampingkan ketika tentara bergerak dan tidak ada pertukaran informasi yang memadai. (haninmazaya/arrahmah.com)