CAPE TOWN (Arrahmah.com) – Bocoran dokumen intelijen Afrika Selatan mengungkapkan bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama sempat “mengancam” Presiden Mahmud Abbas untuk menghentikan upaya pengakuan Palestina di PBB tahun 2012 silam, sebagaimana dilansir oleh The Guardian, Senin (23/2/2015).
Dalam ratusan bocoran dokumen yang diperoleh media Al-Jazeera dan The Guardian terdapat laporan soal memo yang diserahkan agen intelijen Palestina pada koleganya di Afrika Selatan soal percakapan telepon antara Obama dan Abbas.
Pada memo soal percakapan tanggal 22 November 2012 itu, Obama disebut telah menelepon dan “mengancam” Abbas untuk tidak melanjutkan upaya di PBB. Disebutkan selanjutnya, Abbas tidak takut dengan ancaman tersebut dan “bersikeras untuk tetap maju”. Tidak disebutkan ancaman seperti apa yang dilancarkan Obama.
Abass tetap melanjutkan upaya pengakuan kedaulatan Palestina dan mendapatkan keanggotaan di badan kebudayaan PBB, UNESCO. Langkah ini berujung pada naiknya status Palestina di PBB dari “entitas” menjadi “negara pengamat non-anggota”.
“Israel” dan AS khawatir pencapaian Palestina ini akan berakhir di keanggotaan Mahkamah Pidana Internasional, ICC. Dengan keanggotaan di ICC, Palestina bisa menyeret “Israel” atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Selain ancaman Obama pada Abbas, dokumen intel itu juga mengungkapkan bahwa “Israel” mengirim mantan kepala Mossad Meir Dagan untuk melobi pejabat intelijen Afrika Selatan pada Oktober 2009.
Dagan melakukan lobi agar negara itu tidak mendukung pertemuan PBB yang dipimpin hakim dari Afrika Selatan Richard Goldstone soal kejahatan kriminal “Israel” pada pengeboman dan invasi Gaza selama tiga minggu pada akhir 2008-awal 2009.
Saat itu Dagan memperingatkan bahwa jika Afrika Selatan menerima laporan Goldstone maka akan “merusak proses perdamaian”. Upaya Israel menekan Abbas untuk menyetujui penangguhan laporan tersebut menjadi bumerang, laporan Goldstone didukung oleh Majelis Umum PBB bulan berikutnya.
(ameera/arrahmah.com)