JAKARTA (Arrahmah.com) – Bus Transjakarta buatan Cina yang diimpor pada masa Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, belum menjadi transportasi massal yang nyaman untuk warga DKI. Buktinya, setiap harinya rata-rata ada 120 bus yang mogok.
Saat ini, jumlah total bus transjakarta mencapai 823 unit, yang terdiri atas 418 unit milik PT Transjakarta dan 405 unit dimiliki operator. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 400 bus yang dioperasikan setiap harinya untuk melayani 12 koridor.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Transjakarta Sri kuncoro mengatakan, dari 400 bus yang beroperasi, 120 di antaranya dipastikan akan mengalami gangguan mesin, baik gangguan dengan intensitas ringan, seperti mengalami mogok, maupun yang berat, seperti terbakar.
“Bayangin saja, setiap harinya rata-rata ada 120 bus yang mogok. Jadi hanya 280 bus yang beroperasi normal untuk melayani 12 koridor yang ditotalkan panjangnya mencapai 210,31 kilometer,” kata Sri dalam acara Refleksi 11 Tahun Pelayanan Transjakarta, di Jakarta, Kamis (15/1).
Sri menilai, mogoknya bus membuat waktu kedatangan bus (headway) menjadi lama. Karena itu, dia berencana ingin mengenakan sanksi denda penalti bagi operator yang unit busnya mengalami mogok saat tengah beroperasi.
“Yang mogok harus dikenakan sanksi mutlak. Selama ini tidak seperti itu kan. Mogok dibiarkan begitu saja. Artinya, orang-orang saya ini tidak benar. Lha bus yang mogok itu harus dikenakan denda dong,” ujarnya.
Penumpang kecewa
Bus Transjakarta sudah melayani warga Jakarta sebagai transportasi massal selama 11 tahun. Kondisi fisik bus Transjakarta yang buruk membuat transportasi massal andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini semakin ditinggalkan penumpangnya.
Tahun pertama diluncurkan, penumpang bus Transjakarta hanya mencapai 15,9 juta orang. Pada akhir 2011, lebih dari 114 juta penumpang menggunakan moda transportasi tersebut. Kendati demikian, jumlah penumpang mulai mengalami penurunan pada tahun berikutnya. Pada akhir tahun lalu, penumpang bus Transjakarta hanya tercatat 111 juta orang.
Deddy Herlambang dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) berpendapat jumlah moda yang terbatas diperparah dengan kondisi bus yang sangat buruk. Kondisi ini seperti di koridor VI jurusan Ragunan-Dukuh Atas. “Busnya butut. Kok ada di Jakarta bus seperti ini, yang secara fisik mengerikan,” katanya.
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas menambahkan, jarak kedatangan bus masih terlalu lama. Dia pun mengaku pernah menunggu bus Transjakarta selama 40 menit.
Seharusnya, headway (jarak antar bus-red) yang diharapkan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama kurang dari lima menit tidak bisa dirasakan. Bahkan, dia harus menunggu selama 30 menit untuk menaiki bus Transjakarta.
“Saya baru bisa terangkut pada menit ke-42. Saya sampai kirim pesan pendek kepada Gubernur DKI dan Kepala Dinas Perhubungan. Saya bilang saya frustasi dengan pelayanan bus Transjakarta,” kata Darmaningtyas dalam diskusi refleksi 11 tahun bus Transjakarta di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (15/1).
Dia menambahkan, kejadian penumpang menunggu lebih dari 10 menit di halte bus Transjakarta merupakan hal yang biasa, baik di jam sibuk maupun di luar jam sibuk. Tak hanya itu, pelayanan dari bus Transjakarta pun tidak begitu baik.
“Pelayanan onboard yang kurang simpati atau pramudi yang kurang profesional, sudah saya komunikasikan kepada pimpinan UPT Transjakarta,” ungkapnya.
Persoalan lain, kata dia, adalah sistem feeder bus Transjakarta yang tak kunjung ada. Sehingga menyulitkan warga yang ingin menggunakan angkutan umum mencapai halt bus Transjakarta. Bila, sistem feeder telah terbangun dengan baik, maka dapat meningkatkan jumlah penumpang busway yang sudah menurun.
Saat ini jumlah total bus transjakarta mencapai 823 unit, yang terdiri atas 418 unit milik PT Transjakarta, dan 405 unit dimiliki operator. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 400 bus yang dioperasikan setiap harinya melayani 12 koridor.
Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum PT Transjakarta Sri kuncoro mengatakan, dari 400 bus yang beroperasi, 120 di antaranya dipastikan akan mengalami gangguan mesin, baik gangguan dengan intensitas ringan seperti mengalami mogok maupun yang berat, seperti terbakar.
“Bayangin saja, setiap harinya rata-rata ada 120 bus yang mogok. Artinya hanya 280 bus yang beroperasi normal untuk melayani 12 koridor yang ditotalkan panjangnya mencapai 210,31 kilometer,” kata Sri, Kamis (15/1/2015).
Sri menilai mogoknya bus membuat waktu kedatangan bus (headway) menjadi lama. Karena itu, dia berencana ingin mengenakan sanksi denda penalti bagi operator yang armadanya busnya mengalami mogok saat tengah beroperasi.
“Yang mogok harus dikenakan sanksi mutlak. Selama ini tidak seperti itu kan. Mogok dibiarkan begitu saja. Artinya orang-orang saya ini tidak benar. Lha bus yang mogok itu harus dikenakan denda dong,” ujar dia. (azm/harianterbit//arrahmah.com)