JAKARTA (Arrahmah.com) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan bahwa hingga tahun ini terdapat sebanyak 300 Warga Negara Indonesia bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Sebagian besar WNI yang terlibat ISIS berasal dari kelompok mahasiswa yang berusia antara 17 hingga 25 tahun.
Mengutip Vivanews, Tim Ahli BNPT Wawan Purwanto, Kamis 20 November 2014, menyatakan jumlah WNI yang terlibat ISIS berpotensi terus bertambah, mengingat gelombang pengiriman belum berhenti hingga saat ini.
“Yang terdata warga Indonesia sudah 300 yang bergabung dengan ISIS, gelombang terakhir berangkat dari Lamongan,” kata pria yang dikenal sebagai pengamat intelijen ini.
Menurut Wawan, WNI yang terlibat ISIS dan berangkat ke Suriah mendapatkan modal sebesar US$1.500 untuk biaya akomodasi dan transportasi. Sasarannya, para remaja berusia antara 17-25 tahun.
Setelah bersedia ikut ISIS, para rekrutan asal Jawa Timur akan mendapatkan proses cuci otak yang berlangsung di kawasan Bangil, Pasuruan Jawa Timur. Setelah doktrin ISIS melekat, mereka diterbangkan ke Suriah melalui Kuala Lumpur dan Singapura. Di Suriah mereka akan mendapatkan pendidikan khusus.
Kata Wawan, gelombang pengiriman ISIS belum juga berhenti hingga saat ini. BNPT mendapat data pemberangkatan terakhir berasal dari Lamongan, Jawa Timur. “Kasus terakhir ada di Lamongan, ada pengiriman ke Suriah, saya lupa jumlahnya berapa,” katanya.
Dia menyebutkan, penanggulangan lewat sosialiasi penting dilakukan. Terutama, di kalangan mahasiswa. Sebab, mahasiswa adalah sasaran utama ISIS.
Wawan menuding banyaknya keterlibatan mahasiswa dan alumni perguruan tinggi dalam jaringan kelompok “terorisme” ini, menunjukkan bahwa pengkajian ilmu agama masih kurang mendalam dan belum menjadi benteng dari penyebaran ideologi kelompok radikal.(azm/arrahmah.com)