JAKARTA (Arrahmah.com) – Badan Nasional Penanggulangan Teror menuding pengendara motor yang tewas ditembak Densus 88 merupakan jarigan teroris yang sedang menyiapkan serangan berbahaya seperti pemboman.
“Mereka mempersiapkan teror bom lain,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai (1/9) seperti dikutip dari vivanews.
Namun, Ansyad enggan membuka secara spesifik apa saja yang menjadi target pemboman jaringan teroris itu. Yang jelas, kata dia, jaringan ini berencana menyasar simbol-simbol negara. “Kemudian perorangan dan anggota polisi,” katanya.
Dua tertertuduh teroris, Farhan dan Mukhsin, gugur dalam baku tembak dengan anggota Densus 88 Mabes Polri di Jalan Veteran, Solo, semalam. Satu anggota Densus, Bripda Suherman juga tewas.
Menurut Ansyad, jaringan Solo ini terkait dengan jaringan besar teroris di Indonesia dan Filipina. Sejumlah barang bukti yang ditemukan memperkuat dugaan ini. “Dari fakta, jenis peluru yang digunakan, identik dengan peluru yang digunakan jaringan lainnya,” katanya.
“Dari fakta intelijen sampai pada yang terjadi tadi malam, menunjukkan itu,” Ansyad menambahkan.
Polisi berhasil menyita sejumlah bukti dari jaringan yang diduga terkait jaringan teroris di Mindanao, Filipina ini. Antara lain, sepucuk pistol Pietro Baretta buatan Italia. Di sisi sebelah pistol bertuliskan PNP Property Philipines National Police.
Densus 88 sebenarnya sudah lama mengendus komplotan ini. “Ini pengejaran sudah lama, terkait dengan operasi jaringan besar di Indonesia, bahkan sampai Filipina,” tukas Ansyad.
Menurut Ansyad, kelompok ini terkait jaringan teroris yang pernah dibekuk dan ditembak mati di Bali, yang disebut dengan kelompok lima. Selain itu, mereka juga terkait dengan kelompok sebelas yang ditangkap di Gambir, Jakarta; Medan, Sumatera Utara; Palembang, Sumatera Selatan; Cirebon, Jawa Barat; Jawa Timur; dan sejumlah daerah lainnya.
“Dari kelompok sebelas itu, kami kembangkan dan menangkap dua orang di Poso, Sulawesi Tengah. Mereka terkait langsung dengan kelompok sebelas,” kata Ansyad. “Kelompok Medan sendiri gabungan dari jaringan Cirebon dan Solo. Poso terkait Solo dan Jatim.”
Ansyad menambahkan, terduga teroris Solo ini juga diidentifikasi sebagai pelaku penembakan di tiga pos polisi di Solo. Mereka berhasil diidentifikasi sejak aksi selama bulan Agustus ini. “Sejak tanggal 17 dan 18 Agustus, Densus terus melakukan pengejaran hingga peristiwa tadi malam itu,” katanya.
“Dari situ, semua bisa teridentifikasi siapa pelakunya. Sudah sebulan pengejaran,” Ansyad menambahkan. Menurut Ansyad, kelompok yang digulung di Solo ini juga terkait dengan terduga teroris yang ditangkap di Bandung, Jabar, berinisial MK. (bilal/arrahmah.com)