BANDAR LAMPUNG (Arrahmah.com) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim bahwa gerakan ‘terorisme’ dan ‘radikalisme’ mulai memasuki lingkup dunia pendidikan.
“Apabila tidak diwaspadai dan ditangani dengan benar, gerakan tersebut dapat melahirkan teroris-teroris baru dari kalangan terdidik dan terpelajar,” klaim Sekretaris Utama BNPT Marsekal muda Chaerul Akbar, di Bandarlampung, Rabu (16/11/2011).
Lebih lanjut ia menyudutkan bahwa gerakan ‘separatisme’ dan ‘radikalisme’ dapat masuk dan menyusup ke dalam dunia pendidikan melalui bungkus ‘fanatisme’ agama.
Sehingga ia menuduh bahwa masuknya gerakan ‘radikalisme’ yang berujung pada ‘terorisme’ ke dunia pendidikan dengan leluasa merupakan ‘kegagalan’ pendidik dalam melaksanakan fungsi tugasnya, karena kurangnya pembekalan terhadap guru terkait hal tersebut.
“Guru sebagai garda terdepan memiliki kewajiban moral untuk mengajar dan mendidik muridnya berprilaku baik, perlu dibekali bagaimana mengantisipasi hal tersebut,” kata dia.
Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi keynote speaker dalam seminar nasional Deradikalisasi, yang diadakan BNPT dengan tema “Strategi deradikalisasi pada bidang pendidikan” di Hotel Novotel Bandarlampung.
Lagi-lagi mengkambing hitamkan ‘radikalisme’. Kenapa selama ini moral para generasi yang telah hancur pemerintah seolah tenang-tenang saja. Masuknya budaya sekuler, budaya hedonisme dalam budaya masyarakat yang sengaja dibiarkan pemerintah bahkan telah merusak ahklak dan tingkah laku generasi dalam tataran ekstrim.
Munculnya video-video porno para pelajar sebagai wujud seks bebas yang telah menggurita, tawuran pelajar karena permasalahan sepele, serta masalah narkoba yang hingga kini kian meraja lela.
Sesungguhnya kegagalan seorang pendidik terletak dari kualitas ahklak dan iman anak didiknya, bukan dari keberhasilan secara materi dimana para koruptor yang ‘bayak hartanya’ itupun merupakan kegagalan dunia pendidikan yang menomersatukan esensi materi dan menyepelekan agama, aqidah dan ahklak. Wallohua’lam. (dbs/arrahmah.com)