JAKARTA (Arrahmah.com) – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) mengungkapakan, peredaran narkotika di Indonesia mayoritas dipasok dari Cina. Narkotika asal negeri tirai bambu itu diproduksi melalui industri rumah tangga (home industri).
“Jaringannya macam-macam. Sampai saat ini yang terbesar dari Cina. Kalau Cina ini kan produksinya besar, home industry,” katanya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jumat (27/5/2015), lansir metrotvnews.
Buwas mengatakan, BNN sudah bekerja sama dengan pemerintah Cina dan Taiwan memantau jarinan narkotika internasional. Badan intelijen Tiongkok terus memeberikan informasi peredaran narkotika yang akan masuk ke tanah air.
“Jika mereka (produsen narkotika asal Cina) mulai menjual, pembelinya orang Indonesia, mereka (badan intelijen Cina) menginformasikan bahwa ada yang pesan barang ke orang Indonesia dengan jumlah barangnya sekian,” tutur dia.
Diungkapkan Buwas, masuknya narkotika ke Indonesia didominasi melalaui jalur laut dengan berbagai modus. Saat ini, ada 43 dari 541 jenis narkoba sudah masuk ke Indonesia. Pengungkapan kasus narkoba sulit terungkap karena pelaku bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk aparat.
“Jumlah narkotika yang sudah masuk ke Indonesia sudah dalam hitungan ton. Hanya disimpan dan sembunyikan, karena mereka bekerja sama dengan elemen masyarakat termasuk oknum aparat. Ada pemesananya baru keluar,” kata dia.
Terkait narkotika jenis baru, BNN bekerja sama dengan Rusia untuk mendeteksi narkotika jenis baru. Buwas bilang, Indonesia belum memiliki teknologi pendeteksi narkotika jenis baru.
“Rusia memiliki kemampuan laboratorium yang luar biasa terhadap narkotika jenis baru. Memang produsen narkoba mereka terus menciptakan narkotika jenis baru agar tidak terdeteksi dan bisa masuk ke Indonesia,” ucap Buwas.
Tak hanya itu, BNN juga bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kemenkumham untuk memperketat pengawasan terpidana kasus narkoba. Sebab, mayoritas peredaran narkotika dikendalikan dari dalam lapas.
“Sebentar lagi kita ungkap, jaringan aktif betul di lapas. Kita lakukan upaya-upaya pengetatan, tapi mereka masih bisa eksis, karena mengahadapi keterbatasan yang beracam-macam mulai dari jumlah personel, paralatan, sarana dan prasarana termasuk manusianya yaitu aparatnya,” katanya.
(azm/arrahmah.com)