SUKABUMI (Arrahmah.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Observatori Geofisika Palabuhanratu, Kab. Sukabumi, mengimbau kepada Pemkab Sukabumi dan instansi terkait lainnya, untuk memperbanyak alarm tanda terjadinya gempa dan tsunami. Alarm tersebut harus dipasang di sejumlah tempat strategis dan aman yang bisa didengar langsung oleh masyarakat secara luas. Upaya memperbanyak alarm itu, dinilai sangat penting untuk membantu upaya penanggulangan dini terjadinya bencana gempa dan tsunami di lingkungan masyarakat.
“Lebih banyak alarm yang dipasang, lebih bagus. Manfaatnya, apabila terjadi gempa dan tsunami, bisa didengar dan diketahui dengan cepat oleh masyarakat dan instansi terkait lainnya guna upaya penanggulangan dini. Misalnya, melakukan evakuasi warga ke tempat aman,” ujar pengamat BMKG Obsevatori Geofisika Palabuhanratu, Nana Suryanata ketika ditemui di kantornya di Palabuhanratu, Jumat (18/3/2011).
Menurut dia, meski tidak ditentukan jumlah ideal alarm yang harus dipasang, namun minimal setiap kecamatan yang berada di pesisir pantai harus dipasang satu unit. Lebih bagus lagi, bila dipasang pula di tempat-tempat strategis lainnya yang bisa didengar langsung oleh masyarakat. Seperti halnya, di kantor pelabuhan, tempat pelelangan ikan, di kantor desa yang dekat pesisir, dll. “Untuk daerah Kab. Sukabumi ini, semua kantor kecamatan yang berada di pesisir pantai selatan Teluk Palabuhanratu, harus dipasang alarm. Dari mulai Kec. Tegalbuleud hingga Cisolok,” kata Nana.
Dikatakan, alarm tersebut sudah terhubung langsung secara otomatis dengan alat early warning system (EWS) yang mampu mendeteksi terjadinya gempa dan tsunami. Bahkan alat tersebut, sudah dilengkapi dengan bouy yakni alat khusus pendeteksi gelombang tsunami yang dipasang di tengah laut. “Walaupun alat EWS-nya hanya satu, tapi pemasangan alarm-nya bisa banyak. Bahkan bisa dipasang dimana-mana. Misalnya saja di Palabuhanratu. Meski alatnya hanya ada satu yang dipasang di kantor Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), namun alarm-nya bisa dipasang di kantor kecamatan dan pemda. Bahkan di kantor kita pun bisa, walaupun jaraknya cukup jauh,” ujarnya.
Secara teknis, lanjut Nana, ketika terjadi gempa di darat atau laut, alat EWS itu langsung memberikan sinyal pada satelit hingga diterima sekaligus diolah oleh BMKG untuk ditentukan besarnya guncangan gempa berikut titik lokasinya. “Hanya dalam waktu empat menit, BMKG sudah bisa menyebarluaskan informasi gempa dan tsunami itu kepada masyarakat luas dan instansi berwenang,” tuturnya.
Ketika gempa dan tsunami terdeteksi alat EWS, lanjut dia, secara bersamaan alarm-alarm tersebut langsung berbunyi keras seperti sirine. Oleh karena itu, pemasangan alarm itu sangat penting supaya masyarakat bisa cepat mengetahui apabila terjadi bencana tersebut. “Masyarakat beserta instansi terkait, bisa menindaklanjutinya langsung dengan upaya evakuasi ke tempat aman. Untuk penanggulangan dini bahaya gempa dan tsunami ini, membutuhkan kecepatan dan kesigapan untuk penyelamatan masyarakat,” kata Nana. (pr/arrahmah.com)