TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Surat kabar Bloomberg mengatakan bahwa perayaan Palestina atas pembebasan para tahanan dari penjara “Israel” di luar kota Ramallah pada Jumat lalu (24/11/2023) menjadi saksi pengibaran bendera Hamas di antara kerumunan orang dan para pemuda yang mengenakan ikat kepala hijau, dan mencatat bahwa ini adalah tanda terbaru dari semakin populernya gerakan tersebut di Tepi Barat.
Surat kabar ini menambahkan, dukungan terhadap Hamas juga terlihat jelas di luar Masjid Abdel Nasser di Ramallah beberapa jam lalu, ketika ratusan jamaah melakukan protes usai salat subuh menentang perang yang dilancarkan “Israel” di Gaza.
Surat kabar tersebut melaporkan bahwa janji Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu untuk menghancurkan Hamas tampaknya merupakan tujuan yang tidak mungkin tercapai, karena para pejuang gerakan tersebut yang bersenjata lengkap bersembunyi di terowongan yang membentang ratusan mil di bawah Gaza.
Bloomberg mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi Netanyahu adalah dukungan yang diraih Hamas di Tepi Barat yang diduduki, yang diperintah oleh Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas.
Wawancara yang dilakukan terhadap puluhan warga Palestina di Tepi Barat menunjukkan bahwa peristiwa yang terjadi dalam delapan pekan terakhir telah memperkuat posisi Hamas dan melemahkan pemerintahan Abbas yang “lebih moderat”.
Hamas tidak bisa dihilangkan
Ghassan Al-Khatib, mantan Menteri Tenaga Kerja Palestina dan dosen di Universitas Birzeit di Jalur Gaza, mengatakan kepada surat kabar tersebut, “Hamas di Tepi Barat menjadi lebih populer, lebih penting, dan lebih kuat, dan sebagai imbalannya, Otoritas Palestina menjadi lebih terpinggirkan dan kurang populer. Anda tidak bisa melenyapkan Hamas. Selama akar politiknya tidak diatasi.”
Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan bulan ini oleh Arab World Research and Development Group, sebuah kelompok jajak pendapat Palestina, menemukan bahwa 83% dari 391 peserta di Tepi Barat mendukung apa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
“Hamas mendukung kami,” kata Khaled Rodil, seorang guru di Tepi Barat.
Patut dicatat bahwa “Israel” menarik pasukannya dari Gaza dan menghancurkan permukimannya di sana pada 2005. Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina yang diadakan pada tahun berikutnya (2006). Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sudah tidak lagi mendominasi kekuasaan.
Pada 2007, Hamas mengambil kendali penuh atas Jalur Gaza, dan terus berkuasa di sana sejak saat itu. (zarahamala/arrahmah.id)