GAZA (Arrahmah,com) – “Perekonomian Gaza diperkirakan akan tumbuh sedang dan rakyat sepertinya masih akan lebih buruk lagi pada tahun 2015 dibandingkan pertengan tahun 1990-an,” bunyi dari bagian pernyataan laporan PBB, “Gaza in 2020 – A Livable Place?”, pada bulan Agustus kemarin.
Di kantor yang sangat sederhana di kamp pengungsian Jabaliya, Rizik al-Madhoum (41), menjelaskan bagaimana pabrik pakaian miliknya mulai ditutup sejak enam tahun lalu.
“Kami memulai pada tahun 1993 dengan tujuh mesin jahit. Pada tahun 2005 kami telah memiliki 250 mesin dan banyak penjahit,” katanya. “Pada tahun 2006, setelah Hamas terpilih dan Israel menutup perbatasan, kami harus menutup setengah dari pabrik. Kami menghentikan seluruh produksi pada tahun 2007, ketika Israel memperketat pengepungan.”
Pabrik al-Madhoun adalah salah satu dari 97 persen perusahaan industri di Jalur Gaza yang pada 2008 terpaksa berhenti beroperasi akibat dari penutupan perbatasan Gaza oleh penjajah zionis Israel yang membatasi impor dan hampir menghentikan semua ekspor. Pada Desember 2007, PBB telah melaporkan bahwa hanya satu persen dari 960 pabrik garmen di Gaza yang masih beroperasi.
Saat ini, sebuah laporan yang dikutip Electronicintifada menyatakan bahwa 80 persen dari pabrik yang ada di Gaza masih ditutup atau hanya beroperasi dalam kapasitas kecil.
“Hingga tahun 2005, pekerjaan kami baik,” kata al-Madhoum. “Kami membuat kemeja, celana, pakaian, gaun, rok, pakaian sekolah..kami bisa membuat apapun yang ada dalam permintaan. Karena pakaian kami berkualitas tinggi, 80 persen diekspor ke pasar Israel, dan sebagian diekspor ke pasar Eropa.
Pekerjanya adalah di antara 40.000 yang bekerja sebagai penjahit di Gaza. “Sebelum pabrik kami ditutup, Saya memperkerjakan 250 penjahit berkualitas tinggi, juga 100 lainnya yang bekerja dari rumah,” katnaya.”50 keluarga lainnya bekerja dari rumah, melakukan bagian akhir dan pekerjaan finishing.”
Namun setelah ditutup, ia harus pindah ke kamp pengungsian di Jabaliya.
Blokade Israel atas Gaza telah memperburuk kehidupan rakyat Palestina, mungkin sudah tak terhitung berapa kerugian yang mereka alami. (siraaj/arrahmah.com)