LONDON (Arrahmah.com) – Tony Blair menyeru agar Barat melakukan usaha lebih banyak untuk membantu elemen “liberal dan demokratis” di Timur Tengah dan Afrika Utara pasca Musim Semi Arab atau harus mau menghadapi resiko bahwa pemerintahan Islam akan terbentuk tanpa demokrasi yang ‘murni’, Guardian melansir pada Kamis (29/12/2011).
Sembari menyebut bahwa negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat sebelumnya “terlalu enggan untuk mendorong kediktatoran menuju demokrasi”, mantan perdana menteri Inggris itu mengatakan sudah saatnya para pemimpin negara-negara Barat memperjelas visi mereka terhadap demokrasi “karena kesulitan yang sebenarnya di wilayah ini adalah elemen religius dan ekstrim yang sangat terorganisir serta tidak berdasar liberalisme dan demokrasi.”
Blair, utusan khusus untuk Kuartet di Timur Tengah (PBB, AS, Uni Eropa, dan Rusia), menyesalkan kegagalan Barat sebelumnya dalam mempromosikan “sebuah konsep perubahan evolusioner”. Ia meramalkan revolusi baru-baru ini akan menyebabkan cukup banyak kesulitan. Sebagai contoh, ia mengutip tingkat pertumbuhan Mesir dan kesulitan pariwisata.
Dalam sebuah wawancara dengan program Today pada BBC, Blair mengatakan ada pertempuran antara unsur-unsur bersaing di Timur Tengah seperti apa itu demokrasi?
“Salah satunya adalah apa yang saya sebut unsur-unsur demokrasi liberal, para kandidat dari kelas menengah yang juga menginginkan persamaan dan kebebasan yang kita inginkan,” ungkap Blair.
“Lalu Anda harus punya gerakan Islamis, dalam Ikhwanul Muslimin, yang sangat terorganisir dengan baik, dan terus terang, mereka tidak menginginkan hal yang sama seperti kita dan kita belum mengetahui jenis demokrasi apa yang akan mereka ciptakan sebagai demokrasi yang sejati. “
Blair berpendapat bahwa akan terjadi ‘pertarungan’ antara mereka yang ingin suatu masyarakat pluralis (menginginkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, menginginkan terwujudnya masyarakat multikulturalis, dan lain-lain) dengan orang-orang yang mengatakan bahwa “agama kami benar-benar mendefinisikan politik kami” dan “apa yang kami inginkan adalah konsep demokrasi Islam”.
“Dalam kondisi seperti saat ini memang pasti ada orang-orang yang ‘cukup moderat’ dan ‘cukup ekstrim’, tapi saya tidak yakin bahwa konsep-konsep itu adalah konsep yang saya maksud dengan demokrasi,” lanjutnya.
Mengenai konflik Israel-Palestina, Blair mendesak Hamas untuk menghentikan ‘kekerasan’.
“Saya pikir jika Hamas siap untuk, setidaknya, mengatakan “Kami sangat prihatin, kami akan mengejar tujuan politik kami tanpa kekerasan”, maka hal ini saya kira akan akan memberi Anda kesempatan yang jauh lebih besar untuk menciptakan keadaan damai dan semua pihak Palestina bisa menyelesaikan permasalahan melalui dialog,” pungkasnya. (althaf/arrahmah.com)