DHAKA (Arrahmah.com) – Biswa Ijtema telah diperpanjang satu hari setelah hujan deras mengganggu perhelatan munajat tahunan tersebut di Tongi, Dhaka, lansir sejumlah media setempat, Senin (18/2/2019).
Keputusan untuk memperpanjang Ijtema satu hari lagi dan untuk memindahkan Akheri Munjat ke hari Selasa diambil setelah pembicaraan penyelenggara dengan pihak berwenang.
Ijtema yang diselenggarakan selama empat hari, yang akan diadakan dalam dua fase, sebelumnya telah disepakati setelah penyelesaian perselisihan antara kepemimpinan dua faksi Jama’at Tabligh. Para pengikut Zuhayrul Hasan, putra Moulana Zubayer dari Deoband Madrasa di India, melakukan Ijtema mereka dalam dua hari pertama dan menyimpulkannya pada Sabtu (16/2) pekan lalu.
Fase kedua Ijtema dimulai pada Minggu pagi (17/2) untuk para pengikut Moulana Mohammed Saad Kandhalvi, cucu pendiri Tabligh, Moulana Iliyas.
Meskipun mereka dijadwalkan untuk mulai pada Jumat, para pengikut Zubayer memulai kegiatan Ijtema mereka pada Kamis sore, kata Mohammad Harun-Or-Rashid, seorang pemimpin senior di antara para pengikut Saad.
Para pengikut Zubayer meninggalkan tempat Ijtema setelah Akheri Munajat pada Sabtu (16/2), mengotori dengan sisa makanan dan sampah, kata Harun-Or-Rashid.
Pemerintah setempat gagal melakukan regulasi karena tidak mengalokasikan cukup waktu untuk membersihkan daerah itu dan hanya dimulai pada malam hari, ia menambahkan.
Para pengikut Saad memulai Ijtema mereka dalam keadaan seperti ini Minggu pagi (17/2), di tengah badai dan hujan deras.
“Kami berusaha membersihkan sisa-sisa Ijtema sendiri sebanyak yang kami bisa. Orang-orang yang datang dari berbagai distrik telah mengambil posisi di Khitta atau tempat-tempat yang ditunjuk untuk menghadapi cuaca buruk; mereka masih mengalir masuk,” tambah Harun-Or-Rashid.
Ada masalah lain, seperti masalah mikrofon dan saluran pasokan listrik terputus, kata pengikut Saad.
“Kami telah melakukan sebanyak yang kami bisa dan kemudian meminta kepada otoritas terkait untuk melakukan sisanya,” katanya.
Anggota polisi, RAB, dan Ansar bekerja untuk mengamankan tempat Ijtema. Aturan lalu lintas khusus telah diadopsi di Jalan Tol Dhaka-Mymensingh untuk memungkinkan akses mudah menuju Biswa Ijtema.
Sengketa faksional
Setiap tahun Biswa Ijtema terjadi pada bulan Januari di Tongi tetapi tahun ini ditunda karena pimpinan penyelenggara Jamaat Tabligh berselisih.
Pertikaian itu berakhir pada siapa yang akan memimpin organisasi – Moulana Mohammed Saad Kandhalvi, cucu pendiri Tabligh Moulana Iliyas atau Zuhayrul Hasan, putra pemimpin Deoband Moulana Zubayer.
Saad dihadapkan oleh lawan-lawannya ketika dia datang untuk melakukan Akheri Munajat atau doa terakhir di Biswa Ijtema tahun lalu. Pemerintah Bangladesh harus menengahi perselisihan itu dan Saad akhirnya harus meninggalkan Dhaka tanpa berpartisipasi dalam Ijtema.
Kedua faksi itu mengumumkan dua jadwal berbeda untuk Bishwa Ijtema pada Januari tahun ini yang meningkatkan ketegangan. Bentrokan antara faksi-faksi mengenai Ijtema menyebabkan seorang pria berusia 70 tahun tewas dan lebih dari 200 lainnya cedera.
Ijtema, ritual yang dipimpin oleh Jama’at Tabligh, pada mulanya dianggap sebagai demonstrasi persatuan dan solidaritas serta kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen mereka terhadap nilai-nilai Islam. Perhelatan ini adalah non-politis sehingga pemerintah Bangladesh yang tiran tetap membiarkannya. Acara ini menarik orang-orang dari berbagai kalangan dan bahkan juga dihadiri oleh para pengikut Tabligh dari 150 negara. (Althaf/arrahmah.com)