GROBOKAN (Arrahmah.com) – Petani di Desa Ngeluk, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan menilai alasan pedagang menaikkan harga beras akibat banyak petani gagal panen adalah tidak masuk akal. Buktinya, petani di desa itu bahkan bisa panen sebulan sekali.
Desa Ngeluk bukanlah desa yang dimanjakan dengan irigasi teknis. Meski saluran air ada, untuk memasukkan air dari Sungai Lusi ke saluran irigasi teknis sangat tidak mudah. Ketinggian permukaan air yang berada di bawah irigasi teknis menjadi persoalan.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Suka Makmur, Suwaji mengungkapkan para petani di desa Ngejluk sebelumnya mengandalkan turunnya hujan, sehingga elevasi air di Sungai Lusi naik. Setelah melakukan inovasi sederhana, yakni memompa air dari Sungai Lusi dan dialirkan ke saluran irigasi teknis, akhirnya mereka tak lagi tergantung musim hujan.
“Kami perkirakan tiap selapan (35 hari), kami sudah bisa panen,” kata Suwaji, sebagaimana dilansir Liputan6, Ahad (14/1/2018).
Dengan optimisme itu, Suwaji berharap rencana impor beras yang saat ini diwacanakan, tidak perlu direalisasi. Permintaan itu disampaikan karena mereka sudah mulai panen padi.
“Impor bisa berdampak harga panen turun,” kata Suwaji.
Optimisme Suwaji didukung fakta bahwa panen di awal 2018 ini maju dari waktu yang semestinya. Mereka menanam padi pada pekan kedua Desember 2017, dan pertengahan Januari 2018 ini ternyata sudah panen.
Pemanfaatan pompa air sebagai langkah sederhana mampu menyediakan air bagi 265 hektar sawah. Pompa membantu mendapatkan air sehingga bisa tanam dan panen lebih awal.
“Biasanya, kami panen MT I (musim tanam pertama) akhir Februari, baru kali ini panen awal Januari. Kami minta dukungan bantuan mesin pompa lagi supaya lebih banyak sawah bisa diairi,” pungkas Suwaji.
(ameera/arrahmah.com)