JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Yahya Sinwar ditunjuk menjadi kepala biro politik Hamas pada Selasa (6/8/2024), menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas terbunuh di Teheran setelah menghadiri pelantikan Presiden Baru Iran.
Yahya Sinwar atau yang memiliki nama lengkap Yahya Ibrahim Hassan Al-Sinwar merupakan seorang pejuang Palestina yang lahir di kamp pengungsi Khan Yunis pada 19 Oktober 1962, setelah Zionis “Israel” mengusir keluarganya dari kota Majdal Ashkelon pada tahun 1948.
Yahya Sinwar mengenyam pendidikan hingga tingkat menengah di Sekolah Menengah Putra Khan Yunis. Ia kemudian melanjutkan ke Universitas Islam Gaza dan memperoleh gelar sarjana Bahasa Arab.
Ia aktif di Senat Mahasiswa Universitas Islam selama lima tahun, menjabat sebagai Sekretaris Bidang Seni, kemudian Bidang Olahraga, Wakil Ketua, kemudian Ketua Senat, dan kemudian Wakil Ketua lagi pada tahun 1982-1987.
Yahya Sinwar juga muncul di forum diskusi mahasiswa publik di antara divisi-divisi tersebut, dan merupakan salah satu ahli strategi paling terkemuka di divisi Islam.
Ia mendirikan grup “The Returnees to Islamic Art” dengan persetujuan dari pendiri Hamas, Syekh Ahmad Yassin.
Yahya Sinwar ikut serta dalam pembentukan Dinas Keamanan Gerakan Pertama (Da’wah Security) yang dipimpin oleh Syekh Ahmad Yassin pada tahun 1983.
Pada tahun 1986, Syekh Ahmad Yassin dan yang lainnya ditugaskan untuk membentuk Organisasi Jihad dan Dakwah (Majd), dan Yahya Sinwar adalah salah satu pemimpin paling terkemuka di organisasi tersebut.
Dia mengarahkan dan memimpin banyak konfrontasi massa terhadap Zionis “Israel” sejak tahun 1982 hingga 1988.
Pada tahun 1982, ia ditangkap selama enam bulan di penjara Cabang atas dasar aktivitas perlawanannya.
Yahya Sinwar ditangkap lagi pada tahun 1988 dan dijatuhi hukuman seumur hidup, dimana dia menghabiskan waktu selama 23 tahun di penjara “Israel”, hampir empat tahun di antaranya di sel isolasi.
Setelah dibebaskan dari penjara Zionis dalam kesepakatan Wafa al-Ahrar pada tahun 2011, Yahya Sinwar kemudian menikah pada tahun 2012. Dari pernikahan tersebut dia dikaruniai tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan (Ibrahim, Abdullah, dan Ridho).
Selama di penjara, Yahya Sinwar mengambil alih kepemimpinan badan pimpinan tertinggi tahanan Hamas selama beberapa periode.
Dia dan saudara-saudaranya memimpin serangkaian aksi mogok makan, yang paling menonjol adalah (1992, 1996, 2000, 2004).
Yahya Sinwar fasih berbahasa Ibrani, memiliki banyak buku serta terjemahan terutama di bidang politik dan keamanan.
Di antara banyak bukunya ada beberapa buku yang terkenal, yakni terjemahan buku Shin Belt, terjemahan buku Faksi “Israel”, buku Hamas Trial and Error, buku Al-Majd yang memantau pergerakan Shin Belt, dan buku-buku literatur keamanan yang menggambarkan pengalaman keamanan gerakan Hamas.
Yahya Sinwar juga menulis novel sastra berjudul Duri Cengkih, yang menceritakan pengalaman perjuangan Palestina setelah tahun 1967 hingga Intifadhah.
Yahya Sinwar terpilih sebagai anggota Biro Politik Hamas di Jalur Gaza, dan mengemban tanggung jawab atas urusan keamanan pada tahun 2012. Kemudian ia terpilih menjadi anggota Biro Politik Umum, dan mengambil tanggung jawab atas urusan militer pada tahun 2013.
Pada bulan September 2015, Amerika Serikat memasukkannya ke dalam daftar hitam “teroris internasional.”
Pada tahun 2015, Hamas menunjuknya untuk bertanggung jawab atas arsip tahanan Zionis yang ditahan oleh Brigade Al-Qassam.
Ia terpilih sebagai kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Jalur Gaza, pada Februari 2017, untuk masa jabatan kedua pada tahun 2021.
Rumahnya dibom dan dihancurkan pada tahun 1989, kedua kalinya pada agresi tahun 2014, ketiga kalinya pada agresi tahun 2021, dan keempat kalinya pada perang genosida di Jalur Gaza pada bulan Desember 2023. (Rafa/arrahmah.id)