Rasulullah Saw menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak sholat. Berikut adalah bilangan raka’at shalat tarawih dan cara melaksanakannya menurut sunnah Rasulullah Saw.
1. Bilangan raka’at shalat Tarawih Rasulullah saw. adalah 11 raka’at, yaitu 4 raka’at, kemudian 4 raka’at, kemudian 3 raka’at witir.
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا
Rasulullah saw. tidak pernah mengerjakan shalat pada bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at, maka janganlah engkau tanyakan tentang baiknya dan lamanya beliau berdiri. Selanjutnya beliau shalat lagi empat raka’at, maka janganlah engkau tanyakan tentang baiknya dan lamanya beliau berdiri. Selanjutnya beliau shalat tiga raka’at. (Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, dan Nasa’i dari Aisyah, istri Rasulullah saw.)
2. Dalam riwayat tersebut hanya disebutkan bilangannya saja, tanpa menyebutkan cara yang dilakukan Rasulullah saw. dalam shalat Tarawih 4 raka’at, 4 raka’at dan 3 raka’at itu. Akan tetapi dalam hadits lain dari ‘Aisyah yang juga diriwayatkan oleh Muslim disebutkan caranya, yaitu:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Dari Aisyah, sungguh Rasulullah saw. dahulu biasa shalat antara sesudah shalat ‘Isya’ sampai datangnya waktu Shubuh sebelas raka’at dan setiap dua raka’at beliau salam.
3. Dari uraian ‘Aisyah pada point 2 tersebut kemudian disimpulkan atau dipahami, bahwa shalat Lail maupun Tarawih 8 raka’at itu dilakukan 2 termin atau 2 tahap. Yaitu termin pertama 4 raka’at dengan cara 2 raka’at salam, 2 raka’at salam lalu istirahat lama. Kemudian termin kedua 4 raka’at lagi dengan cara 2 raka’at salam, 2 raka’at salam, lalu istirahat lama. Kemudian 3 raka’at witir. Pemahaman ini sesuai dengan hadits Ibnu ‘Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i:
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَاكَ وَهُوَ يَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةَ حَتَّى فَرَغَ مِنْهَا “إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ” ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ عَادَ فَنَامَ حَتَّى سَمِعْتُ نَفْخَهُ ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَاكَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ نَامَ ثُمَّ قَامَ فَتَوَضَّأَ وَاسْتَاكَ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَأَوْتَرَ بِثَلَاثٍ
“Saya dulu pernah bermalam di rumah Nabi saw. lalu beliau bangun malam, lalu wudhu’ dan bersiwak, lalu baca ayat “inna fi khalqissamaawaati … (Ali ‘Imran:190), kemudian beliau shalat 2 raka’at, kemudian kembali ke tempatnya lalu tidur sampai aku dengar suara dengkurannya. Kemudian beliau bangun, lalu wudhu’ dan bersiwak kemudian shalat 2 raka’at, kemudian tidur, kemudian bangun, lalu wudhu’ dan bersiwak dan shalat 2 raka’at dan witir 3 raka’at.”
4. Sahabat Ibnu Abbas juga menyebutkan lebih jelas lagi pada hadits riwayat Nasa’i tentang hal yang sama yaitu:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ وَيُوتِرُ بِثَلاَثٍ وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ
“Dahulu Rasulullah saw. biasa shalat lail 8 raka’at dan witir 3 raka’at dan 2 raka’at shalat sebelum shubuh.”
Dengan penjelasan hadits Aisyah dan Ibnu Abbas tersebut di atas, maka kita mendapatkan kepastian cara melakukan 4 raka’at yang dimaksudkan oleh hadits Aisyah itu, yaitu 4 raka’at adalah termin atau tahap, dan setiap tahap 4 raka’at itu cara melakukannya adalah 2 raka’at salam, 2 raka’at salam, lalu istirahat lama. Bahkan dalam istirahat itu Nabi saw. kembali ke tempat tidurnya, lalu tidur, seperti keterangan point 3.
5. Mengerjakan shalat Tarawih empat raka’at dapat juga dilakukan dengan duduk tasyahud awal setelah raka’at kedua, sesuai dengan hadits lain dari ‘Aisyah yang juga diriwayatkan oleh Muslim:
… وَ كَانََ يَقُولُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ …
” … dan adalah (Nabi) bersabda : “Pada tiap-tiap dua raka’t mengucapkan at-tahiyyat ….”
Dengan riwayat ini berarti bahwa bila suatu shalat dikerjakan 4 raka’at, setelah mengerjakan 2 raka’at pertama ada duduk tasyahud awal, bukan 4 raka’at langsung tanpa duduk tasyahud awal. Jadi mengerjakan shalat Tarawih 4 raka’at yang benar ialah dengan duduk tasyahud awal seperti shalat Zhuhur, ‘Ashar atau ‘Isya’.
Mengerjakan shalat Tarawih maupun Lail dengan 4 raka’at sekali salam tanpa duduk tasyahud awal tidak ada contohnya dari Nabi saw. Cara seperti itu hanya berdasarkan reka-reka akal.
Cara melakukan witir 3 raka’at salam dijelaskan dalam hadits ‘Aisyah, yaitu:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوْتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّّ فِي آخِرِهِنَّ
“Dahulu Rasulullah saw. biasa witir 3 raka’at tanpa duduk kecuali pada raka’at terakhir.” (HR Baihaqy)
Dengan hadits ini jelas, bahwa shalat witir 3 raka’at dikerjakan langsung tanpa duduk tasyahud awal, tetapi hanya sekali duduk tasyahud pada raka’at terakhir. Sedangkan mengerjakan witir 3 raka’at dengan 2 raka’at salam, kemudian ditambah satu raka’at lagi lalu salam, tidak terdapat dalam hadits-hadits yang shahih.
6. Mengerjakan shalat Tarawih maupun Lail dengan 4 raka’at sekali salam tanpa duduk tasyahud awal tidak ada contohnya dari Nabi saw. Cara seperti itu hanya berdasarkan reka-reka akal.
7. Cara melakukan witir 3 raka’at salam dijelaskan dalam hadits ‘Aisyah, yaitu:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوْتِرُ بِثَلاَثٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّّ فِي آخِرِهِنَّ
“Dahulu Rasulullah saw. biasa witir 3 raka’at tanpa duduk kecuali pada raka’at terakhir.” (HR Baihaqy)
Dengan hadits ini jelas, bahwa shalat witir 3 raka’at dikerjakan langsung tanpa duduk tasyahud awal, tetapi hanya sekali duduk tasyahud pada raka’at terakhir. Sedangkan mengerjakan witir 3 raka’at dengan 2 raka’at salam, kemudian ditambah satu raka’at lagi lalu salam, tidak terdapat dalam hadits-hadits yang shahih.
Wallahu’alam Bish Showab…
Maraji’/Pustaka rujukan
- Majlisul A’la li Syu’unil Islamiyah: Al Muntakhab minas Sunnah, jilid V, Qahirah, tahun 1992.
- Abu Abdur Rahman, Ahmad bin Syu’aib an Nasa’i: Sunanun Nasa’i, juz III, hal 237, Darul Fikri, Beirut, tahun …
- Nashiruddin al Albani: Irwaul Ghalil, fi takhriji ahaadiitsi manaaris-sabiil, jilid II, hal: 151, alMaktab al Islami, Beirut, tahun 1985
- Jamaluddin az Zaila’y: Nashbur-Raayah, jilid II, hal 158-159, Daarul Hadits, Qahirah, tahun 1995
- Abdullah bin Abdur Rahman al Bassam: Taudhihul ahkaam min Bulughil Maram, jilid II, hal 200-204, an Nahdhah al Haditsah, Makkah al Mukarramah, tahun 1994
Source : abujibriel.com