WASHINGTON (Arrahmah.id) – Presiden AS Joe Biden tidak akan mengizinkan Iran untuk memiliki senjata nuklir, Gedung Putih mengatakan pada Jumat (14/1/2022), saat negosiasi yang sedang berlangsung di Eropa mencapai periode “kritis”, lapor kantor berita Anadolu.
Juru bicara, Jen Psaki, mengakui telah ada “beberapa kemajuan” dalam pembicaraan yang berbasis di Wina, tetapi mengatakan “jika kita tidak segera mencapai kesepahaman tentang kembalinya kepatuhan bersama, kita harus mempertimbangkan jalan yang berbeda ke depan.”
“Intinya adalah Presiden tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir,” katanya kepada wartawan di Gedung Putih. “Beberapa minggu lalu, Presiden meminta timnya untuk menyiapkan berbagai opsi. Mereka telah melakukan itu, dan jelas preferensi kami selalu diplomasi.”
Peringatan itu datang hanya dua hari setelah Departemen Luar Negeri menetapkan batas waktu “berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan” agar negosiasi dapat diselesaikan secara produktif. Yang dipertaruhkan adalah pengembalian timbal balik bagi AS dan Iran untuk mematuhi Perjanjian Komprehensif Bersama 2015.
Mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak keluar dari perjanjian pada tahun 2018, yang bertentangan dengan semua peserta perjanjian lainnya, dan memberlakukan kembali sanksi AS yang dicabut berdasarkan ketentuan pakta sambil mengeluarkan banyak hukuman ekonomi baru. Dia berusaha agar Iran menyetujui perjanjian yang lebih komprehensif.
Iran, sebagai pembalasan, mulai mengambil langkah-langkah menjauh dari komitmen nuklirnya di bawah perjanjian dalam upaya untuk membuat Washington mengangkat sanksi keuangannya. (haninmazaya/arrahmah.id)