WASHINGTON (Arrahmah.com) – Aroma pesimistis tercium dari ungkapan wakil presiden terbaru AS, Joe Biden. Biden mengatakan pada hari Kamis (23/7) bahwa akan lebih banyak pasukan AS dan Inggris yang mati di Afghanistan. Namun, katanya, itulah harga yang harus dibayar untuk kepentingan nasional kedua negara.
Berbicara mengenai bulan paling mematikan bagi tentara Inggris sejak invasi yang dipimpin AS tahun 2001, Biden menegaskan bahwa serangan terakhirnya melawan mujahidin Taliban di provinsi Helmand merupakan upaya paling terhormat dan merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk mempersiapkan pemilihan presiden di Afghanistan bulan depan.
Dalam wawancaranya dengan Radio BBC, Biden mengatakan: “Dalam bingkai kepentingan nasional Inggris dan kepentingan nasional Amerika Serikat dan Eropa, sepadan nilainya dengan usaha yang sedang kami buat. Dan pengorbanan semacam ini akan semakin terasa dan lebih banyak di masa-masa yang akan datang.”
“Saya kira mereka adalah para pahlawan yang terlatih dan pemberani di seluruh dunia,” bual Biden. “Saya tidak berbicara dalam rangka membuat penghakiman atas persediaan senjata dan perlengkapan militer lain yang mereka miliki. Karena mungkin kondisi persenjataan itulah yang memang mereka butuhkan.”
Biden pun menambahkan, “Afghanistan merupakan tempat dimana serangan 9/11 dan berbagai serangan teroris serupa di seluruh Eropa, yang tidak diragukan lagi dilakukan oleh al-Qaida, telah direncanakan sedemikian rupa. Ini adalah tempat yang akan meniadakan penyebab kerusakan yang lebih besar bagi Amerika Serikat dan Eropa.”
Sejak memulai operasinya tahun 2001, sebanyak 188 pelayan keamanan Inggris kehilangan nyawanya. Dan kebanyakan korban tewas bulan ini disebabkan oleh aksi bom tepi jalan, yang kemudian menyebabkan Inggris yang memang kekurangan persediaan helikopter ini kelimpungan untuk memfasilitasi transport bagi para tentaranya. (Althaf/grdn/arrahmah.com)