WASHINGTON (Arrahmah.id) – Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, mengatakan dalam pidato terakhirnya sebagai presiden pada Senin (13/1/2025) bahwa Afghanistan tidak lagi menjadi tempat yang aman bagi para teroris atau ancaman bagi AS sejak penarikan pasukan Amerika.
Dalam pidatonya, presiden AS juga mengklaim bahwa Washington telah mampu “mengelola Afghanistan dari jarak jauh”.
Berbicara mengenai sifat ancaman dari Afghanistan, ia mengklaim: “Ketika kita mendapatkan Bin Laden selama pemerintahan Obama-Biden, tujuan utama perang telah tercapai. Dan saya percaya bahwa ke depannya, ancaman utama al-Qaeda tidak lagi berasal dari Afghanistan, tetapi dari tempat lain. Jadi kita tidak perlu menempatkan pasukan Amerika dalam jumlah yang cukup besar di Afghanistan.”
Biden lebih lanjut menambahkan bahwa berlawanan dengan asumsi yang ada, Afghanistan tidak menjadi tempat yang aman bagi para teroris setelah penarikan pasukan AS, dan Amerika Serikat telah mempertahankan kemampuannya untuk mengelola Afghanistan dari jarak jauh selama tiga tahun terakhir, lansir Tolo News (14/1).
“Ingat, para kritikus mengatakan jika kita mengakhiri perang, hal itu akan merusak aliansi kita dan menciptakan ancaman bagi tanah air kita dari terorisme yang diarahkan oleh pihak asing dari tempat berlindung yang aman di Afghanistan. Keduanya tidak terjadi. Tidak ada yang terjadi.”
“Aliansi kami tetap kuat. Kami telah menggunakan kemampuan kami yang melampaui cakrawala untuk menyerang di Afghanistan dan di tempat lain ketika kami harus melakukannya,” kata Biden.
Presiden AS juga menyebut penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebagai salah satu “pencapaian signifikan” pemerintahannya, dan mengatakan bahwa tidak ada pembenaran untuk kehadiran militer AS yang ekstensif di Afghanistan.
Amanullah Hotaki, seorang analis politik, mengomentari pernyataan Biden dengan mengatakan:
“Selama empat tahun terakhir, Biden sering berbicara tentang Afghanistan dan sering membuat pernyataan yang kontradiktif. Afghanistan bukanlah tempat yang aman bagi para teroris di masa lalu, tidak sekarang, dan tidak akan menjadi tempat yang aman di masa depan.”
Hal ini terjadi ketika pemerintahan baru di Amerika Serikat akan mulai menjabat dalam waktu kurang dari seminggu. Sebelumnya, pemerintah caretaker Afghanistan juga telah meminta pemerintahan AS yang akan datang untuk mempertimbangkan kembali kebijakannya terhadap Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.id)