SURABAYA (Arrahmah.com) – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mematok biaya masuk minimal senilai Rp 175 juta dari jalur mandiri. Makin besar sumbangan uang gedung, makin besar peluang diterima menjadi mahasiswa. Selain itu mahasiswa kedokteran juga wajib membayar Sumbangan Operasional Pendidikan (SOP) semester pertama sebesar Rp. 6 juta.
Tiap mahasiswa baru akan diberikan formulir isian kesanggupan membayar Sumbangan Pembinaan dan Peningkatan Pendidikan (SP3) yang disebut uang gedung dengan batas minimal Rp 175 juta.
“Jalur mandiri memang mahal. Beda dengan SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri),” kata Wakil Rektor I Unair, Achmad Syahrani, Senin, (11/7/2011).
Untuk jalur SNMPTN, Fakultas Kedokteran Unair menerapkan 4 level. Pertama, jalur masyarakat miskin, yang di dalamnya baik SOP maupun SP3 gratis. Jalur pertama ini untuk masyarakat berpenghasilan kurang dari Rp 1,3 juta per bulan.
Level kedua untuk yang berpenghasilan antara Rp 1,3 juta hingga Rp 2,5 juta dengan SOP sebesar Rp 1,25 juta dan SP3 gratis. Kemudian bagi yang berpenghasilan Rp 2,5 juta sampai Rp 7,5 juta dikenakan SOP Rp 1,25 juta dan SP3 15 juta. Lantas penghasilan di atas Rp 7,5 juta ke atas SOP Rp 1,25 juta dan SP3 Rp 50 juta.
Fakultas Kedokteran, menurut Syahrani, memang fakultas paling mahal karena selama perkuliahan mahasiswa akan dihadapkan banyak praktek laboratorium yang biayanya juga mahal.
“Untuk bedah mayat, misalnya, harus mendatangkan mayat, dan biaya ini sudah jadi satu. Selama kuliah tidak bayar lagi,” kata Syahrani.
Untuk program SOP dan SP3 gratis, Syahrani memastikan Unair akan menerapkan kuota 20 persen sesuai dengan perintah Kementerian Pendidikan. Artinya, hanya 20 persen dari kuota 1.810 mahasiswa (terbagi dalam 33 program studi dan 13 fakultas), yang akan mendapatkan hak kuliah gratis di Unair.
Sementara itu, di Surabaya, bukan hanya Unair yang menerapkan biaya tinggi bagi mahasiswa masuk jalur mandiri. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya juga demikian. Pembantu Rektor I ITS, Prof. Dr. Ir. Arif Djunaidy, mengatakan tingginya biaya Sumbangan Pengembangan Institut (SPI) atau uang gedung untuk menyiasati terus meningkatnya biaya operasional kampus.
Dia memberi contoh, uang gedung tahun lalu untuk jalur SNMPTN senilai Rp 3,5 juta, kini meningkat menjadi Rp 5 juta. Untuk jalur mandiri atau di ITS disebut jalur Program Kemitraan Mandiri program studi Informatika harus membayar uang gedung Rp 50 juta.
Tak jauh beda dnegan UNair dan ITS, Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang juga menetapkan biaya Sumbangan Pengembangan Fasilitas Pendidikan (SBFP) Fakultas Kedokteran pada tahun ajaran 2011/2012 sebesar Rp 155 juta.
Menurut Pembantu Rektor I Bidang Akademik, Bambang Suharto, jumlah itu dikenakan untuk mahasiswa yang mendaftar melalui jalur mandiri. “Kalau jalur seleksi nasional seperti SNMPTN lebih murah,” kata Bambang Suharto, Senin (11/7).
Selain SBFP dan SPP, calon mahasiswa juga harus membayar Rp 1.985.000 untuk tes bahasa Inggris, orientasi pendidikan, tes kesehatan, organisasi kemahasiswaan, perpustakaan, jaket almamater, dan layanan informasi teknologi (IT).
“Untuk biaya ini, semua jalur besarnya sama,” kata Bambang.
Unibraw pada tahun ajaran 2011/2012 akan menerima mahasiswa sebanyak 13.200 orang yang tersebar di 74 program studi. Mereka diterima melalui jalur seleksi nasional dan jalur mandiri.
Seleksi jalur nasional meliputi SNMPTN Jalur Undangan, SNMPTN Jalur Ujian Tulis, dan jalur Beasiswa Bidik Misi. Sementara, jalur mandiri mencakup Seleksi Program Minat dan Kemampuan (SPMK), Seleksi Program Kemitraan Sekolah (SPKS), Seleksi Program Kemitraan Instansi (SPKIns), Seleksi Program Kemitraan Daerah (SPKD), dan Seleksi Alih Program (SAP).
Jumlah SBFP dan SPP mahasiswa Fakultas Kedokteran memang lebih besar dibandingkan fakultas lain. Ini karena Fakultas Kedokteran membutuhkan biaya pembangunan fasilitas yang juga mahal, seperti pembangunan laboratorium dan pembelian peralatan laboratorium.
Untuk fakultas lain, Unibraw mengenakan biaya SBFP dalam rentang angka Rp 11.500.000 hingga Rp 24 juta. Rp 11.500.000 untuk Fakultas Ilmu Budaya Dasar dan Rp 24 juta untuk Fakultas Kedokteran Hewan.
Bambang menolak jika dikatakan biaya pendidikan di Unibraw mahal. “Masih murah dibandingkan PTN lainnya,” katanya. Untuk Fakultas Kedoktaran, ungkapnya, memang mahal karena biaya praktikumnya juga mahal. “Mayat untuk praktikum saja harus beli.”
Menanggapi hal tersebut, Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Malang meminta pemerintah menghapus penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Ketua FMPP Susiati menilai jalur mandiri ini lebih mengutamakan calon mahasiswa yang kaya. Ia mengatakan bahwa kemampuan uang lebih diutamakan daripada kemampuan akademik. (TI/arrahmah.com)