(Arrahmah.com) – Kesibukan seorang muslim dalam mencari nafkah seringkali memakan hampir setengah usianya. Tak jarang seorang muslim harus berangkat bekerja sejak jam enam pagi, dan baru tiba kembali di rumah pada jam lima sore. Kondisi fisik yang kelelahan seringkali membuat kwantitas dan kwalitas taqarrub kepada Allah ikut anjlok.
Di antara tandanya, banyak pekerja muslim yang tidak hadir di masjid untuk melaksanakan shalat Maghrib dan Isya’ secara berjama’ah. Mereka melaksanakan shalat wajib di rumah. Mereka kemudian mengistirahatkan fisik yang telah lelah, dengan tidur atau menonton TV atau hiburan lainnya.
Untuk kesegaran ruhani dan pembinaan iman, mereka mengandalkan nasehat dalam khutbah Jum’at atau pengajian rutin seminggu sekali di tempat kerja atau masjid terdekat. Tidak heran apabila banyak di antara mereka kesulitan membaca mushaf Al-Qur’an beberapa halaman per hari. Bagaimana menyiasati problem spiritual seperti itu?
Sebenarnya problem itu mudah diselesaikan jika ia memiliki keinginan kuat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas imannya. Ia bisa membiasakan diri untuk bertahan di masjid sejenak, setelah shalat wajib, untuk membaca mushaf Al-Qur’an beberapa halaman. Misalnya setelah shalat Shubuh. Atau setelah shalat Magrib sambil menunggu adzan Isya’, ia bahkan bisa membaca satu juz atau lebih, jika bacaannya lancer.
Pada awalnya, hal itu akan terasa berat. Seiring dengan perjalanan waktu, ia akan terasa ringan dan kemudian menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Rasulullah SAW memotivasi umatnya untuk banyak membaca mushaf Al-Qur’an di masjid. Beliau SAW menjelaskan bahwa membaca Al-Qur’an di masjid memiliki nilai keutamaan yang tidak bisa diraih di selain masjid.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ، فَقَالَ: «أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِي غَيْرِ إِثْمٍ، وَلَا قَطْعِ رَحِمٍ؟»، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ، قَالَ: «أَفَلَا يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ، أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ»
Dari Uqbah bin Amir RA berkata, “Saat kami sedang duduk-duduk di Shuffah (beranda masjid), Rasulullah SAW keluar menemui kami. Beliau bertanya, “Siapakah di antara kalian yang senang apabila ia setiap pagi berangkat ke daerah Buthan atau ke Aqiq, lalu ia kembali darinya dengan menuntun dua ekor unta besar yang berpunuk tinggi, tanpa ia melalukan dosa atau memutuskan kekerabata?”
Kami menjawab, “Wahai Rasulullah, kami semua senang akan hal itu.” Beliau SAW bersabda, “Jika begitu, kenapa salah seorang di antara kalian tidak berangkat ke masjid lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat di masjid niscaya dua ayat itu lebih baik dari dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, dan seterusnya?”
(HR. Muslim no. 803, Abu Daud no. 1456, Ahmad no. 17408, Ibnu Abi Syaibah no. 30074 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 799)
Buthan adalah nama sebuah tempat di dekat kota Madinah. ‘Aqiq adalah nama sebuah lembah dekat kota Madinah. Menurut riwayat, kedua tempat itu merupakan pasar hewan masyarakat Arab di kota Madinah dan sekitarnya. Dengan motivasi dari Nabi Muhammad SAW ini, tidakkah kita tergerak untuk membiasakan diri membaca Al-Qur’an di masjid setiap hari?
(muhib almajdi/arrahmah.com)