LONDON (Arrahmah.com) – Media memberikan pemberitaan yang lebih spektakuler untuk serangan teroris yang dilakukan oleh Muslim – terutama jika pelaku adalah kelahiran luar negeri – dibanding serangan yang dilakukan oleh orang lain, menurut sebuah studi baru, seperti dilansir Independent pada Ahad (13/3/2017).
Jumlah Muslim yang melakukan serangan teroris jauh lebih sedikit daripada non-Muslim, penelitian tersebut menemukan, tetapi ketika serangan oleh Muslim terjadi mereka menulis pemberitaanya sekitar 4,5 kali lebih banyak dari serangan lainnya.
Para peneliti di Georgia State University pertama kali melihat semua serangan di Amerika Serikat antara tahun 2011 dan 2015, seperti yang tercantum dalam database global Terorisme (GTD).
GTD mendefinisikan terorisme sebagai “penggunaan kekuatan ilegal dan kekerasan oleh aktor non-negara untuk mencapai tujuan politik, ekonomi, agama, dan sosial melalui penciptaan rasa takut, paksaan, atau intimidasi.”
“Sejak 11 September 2001, ketika sebagian besar orang di Amerika Serikat mendengar kata ‘terorisme,’ mereka berpikir bahwa itu Muslim,” tulis para peneliti di Washington Post. “Tapi terorisme sendiri sebenarnya datang dalam berbagai bentuk.”
GTD memasukkan serangan oleh Frazier Glenn Miller, seorang supremasi kulit putih dan mantan pemimpin Ku Klux Klan, di sebuah sinagog di Overland Park, Kansas; Serangan Robert Dear di Planned Parenthood di Colorado Springs; dan serangan Wade Michael Page pada kuil Sikh di Wisconsin, bersama dengan banyak serangan kurang terkenal lainnya.
Tim peneliti, termasuk akademisi Erin M. Kearns, Allison Betus, dan Anthony Lemieux mendokumentasikan 89 serangan yang dilakukan oleh pelaku yang berbeda di Amerika Serikat selama periode lima tahun.
Antara tahun 2011 dan 2015 di Amerika Serikat, Muslim yang melakukan serangan hanya berkisar 12,4 persen dari total serangan yang terdaftar.
Para peneliti kemudian mencari liputan media dari setiap serangan dari sumber cetak yang berbasis di AS dalam database artikel surat kabar LexisNexis Akademic. Karena tidak sedikit banyak orang Amerika berlangganan secara online dalam mendapatkan berita, peneliti pun melihat cakupan dari CNN.com.
Setiap artikel yang mereka hitung difokuskan terutama pada tindakan terorisme, para pelakunya, atau korban. Dan data tersebut diambil dari sumber media yang berbasis di AS antara tanggal serangan dan pada akhir 2016. Mereka menemukan 2.413 artikel berita yang memenuhi kriteria mereka.
Dari 89 serangan, 24 tidak menerima liputan media apapun dari sumber yang mereka periksa. Proporsi kecil dari serangan yang dilakukan oleh Muslim (hanya 12 persen) menerima 44 persen liputan berita. Hanya lima persen yang tergolong serangan teroris, dimana pelakunya Muslim dan kelahiran asing, tetapi empat serangan mendapat 32 persen dari semua liputan media.
Dalam bilangan nyata, serangan rata-rata yang dilakukan oleh pelaku Muslim diberitakan sebanyak 90,8 artikel. Serangan yang dilakukan Muslim kelahiran asing dibahas dalam 192,8 artikel. Serangan lainnya menerima rata-rata 18,1 artikel.
“Dengan kata lain, apakah disengaja atau tidak, media AS tidak proporsional dalam menekankan jumlah serangan yang sebenarnya lebih kecil yang dilakukan oleh Muslim. Dan mirisnya hal ini menyebabkan warga Amerika memiliki rasa takut berlebihan atas ancaman tersebut,” kata para peneliti. (althaf/arrahmah.com)