DAMASKUS (Arrahmah.com) – Salah satu dari 13 biarawati yang dibebaskan Ahad malam setelah tiga bulan yang disandra oleh kelompok pejuang di Suriah mengatakan bahwa mereka diperlakukan dengan baik oleh “penyandra” mereka.
“(Mereka) memperlakukan kami dengan hormat, dengan kebaikan dan sopan santun yang tinggi. Mereka tidak pernah memukuli atau melukai kami,” kata salah seorang biarawati mengatakan kepada wartawan di Jdeidet Yabous di perbatasan antara Suriah dan Lebanon, di mana mereka diserahkan kepada pejabat Libanon dan Qatar, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin, Senin (3/10/2014).
Biarawati itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa para “penyandra” itu tidak meminta mereka untuk membuang salib mereka dan membolehkan mereka untuk berdoa “secara bebas dan aman.”
Para “penyandra” itu juga memberi mereka makanan, air dan pakaian, menurut suster itu.
Desember lalu, sebuah kelompok pejuang mengaku bertanggung jawab atas penyandraan para biarawati dari sebuah biara di kota Ma’loula, kota mayoritas Kristen di Suriah.
Sebelumnya, para biarawati tersebut telah hilang dari biara Mar Takla Ma’loula, yang terletak 56km sebelah timur laut dari ibukota Damaskus, jatuh ke tangan kelompok pejuang Suriah.
Tak lama setelah para biarawati itu menghilang, sebuah kelompok pejuang mengatakan bahwa mereka telah mengambil para biarawati sebagai “tamu” mereka, dan mereka akan segera dibebaskan.
Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris mengidentifikasi kelompok pejuang yang menyandra para biarawati tersebut adalah kelompok pejuang Jabhah Nushrah.
Observatorium Suriah dan sumber kelompok pejuang di daerah tersebut mengatakan bahwa pembebasan para biarawati telah disepakati sebagai bagian dari pertukaran di mana pemerintah akan membebaskan sejumlah tahanan perempuan.
“Kesepakatan ini untuk membebaskan 138 perempuan dari penjara Assad,”
Pada bulan Desember, para biarawati muncul dalam sebuah video yang diperoleh dari televisi Al Jazeera, yang mengatakan bahwa mereka berada dalam kondisi kesehatan yang baik. (ameera/arrahmah.com)