MOGADISHU (Arrahmah.com) – Biadab! Didanai secara internasional, pasukan teroris Uni Afrika di Somalia ternyata telah memperkosa banyak wanita dan remaja Somalia yang baru berusia belasan tahun secara bergiliran dan bantuan pangan yang
diberikan komunitas internasional diperdagangkan untuk nafsu seks mereka, ujar laporan Human Rights Watch (HRW), kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Amerika Serikat.
22.000 pasukan teroris Uni Afrika yang disebut AMISOM, yang ditarik dari enam negara Afrika, telah berperang bersama pasukan boneka Somalia untuk memerangi Mujahidin Asy-Syabaab sejak tahun 2007.
“Beberapa wanita yang diperkosa mengatakan bahwa tentara telah memberikan mereka makanan atau uang setelah perlakukan mereka dalam upaya untuk membingkai serangan sebagai transaksi seks,” ujar HRW dalam laporan yang dirilis pada Senin (8/9/2014) seperti dilansir Al Jazeera.
Para korban sebagian besar berasal dari kamp-kamp pengungsi di ibukota Mogadishu.
Pendonor AMISOM termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Para prajurit biadab ini mengandalkan perantara Somalia untuk menggunakan berbagai taktik, termasuk bantuan kemanusiaan untuk memaksa perempuan yang rentan dan gadis remaja ke dalam aktivitas seksual, ujar laporan yang berdasar pada kesaksian
dari 21 wanita dan gadis remaja Somalia.
“Mereka juga telah memperkosa atau melakukan pelecehan seksual kepada wanita yang mencari bantuan medis atau air di pangkalan AMISOM.”
Remaja termuda yang berhasil diwawancarai HRW baru berusia 12 tahun, yang mengatakan dia diperkosa oleh seorang tentara Uganda.
Beberapa wanita menggambarkan bagaimana mereka pergi ke kamp Uni Afrika untuk mencari obat bagi bayi mereka yang sakit.
“Temuan meningkatkan kekhawatiran serius mengenai pelanggaran oleh AMISOM terhadap wanita dan remaja Somalia yang menunjukkan masalah yang lebih besar,” ujar HRW.
Hanya dua kasus yang dilaporkan ke polisi karena para korban takut akan pembalasan. Kasus-kasus yang diselidiki oleh HRW melibatkan pasukan Burundi dan Uganda.
HRW menuntut Uni Afrika untuk melakukan tindakan tegas untuk mengakhiri pelanggaran yang dilakukan oleh pasukannya.
“Militer Uni Afrika dan kepemimpinan politik harus berbuat lebih banyak untuk mencegah, mengidentifikasi dan menghukum pelecehan seksual oleh pasukan mereka,” ujar Daniel Bekele, pemimpin HRW di Afrika. (haninmazaya/arrahmah.com)