ALEPPO (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Nushairiyah Suriah membunuh 48 warga sipil dengan menembak atau membantai korban sebelum mereka menarik diri dari Aleppo pada Jum’at malam (20/2/2015).
Para korban termasuk kaum perempuan dan anak-anak. Pembantaian itu baru diketahui ketika para pejuang menguasai desa Hardatnin sepenuhnya pada Sabtu (21/2), lansir WB.
Pejuang perlawanan membebaskan 150 warga sipil yang ditangkap di sebuah sekolah di desa itu. Sementara sebuah rumah sakit lapangan mendokumentasikan daftar nama 48 korban.
Mustafa Sultan, seorang aktivis lokal di daerah itu, yang mengonfirmasikan jumlah korban tewas mengatakan bahwa pasukan rezim yang didukung oleh faksi “Hizbullah” membunuh warga sipil sebelum penarikan diri mereka dari daerah itu.
Pada Jum’at (20/2), Mujahidin Jabhah Nushrah mengatakan bahwa mereka berhasil menguasai dan merebut wilayah strategis Al-Mallah dari pasukan rezim. Pasukan rezim mencoba untuk memotong jalan yang pasukan perlawanan gunakan untuk mentransfer pasokan di pedesaan Aleppo menggunakan posisi strategis di wilayah itu.
Sebuah laporan yang dirilis oleh sekelompok pakar PBB yang khusus menyelidiki kejahatan perang, pada Jum’at (20/2), mengatakan bahwa kejahatan di luar batas terus terjadi setiap hari di Suriah di mana konflik memasuki tahun kelima.
Laporan itu mengatakan bahwa strategi pengepungan rezim diktator Presiden Suriah Bashar Assad mengakibatkan ribuan orang, terutama bayi, terbunuh selama empat tahun terakhir, mengutip para korban yang menggambarkan strategi rezim itu bagaikan “menguras laut untuk membunuh ikan. “
Rezim Nushairiyah Suriah telah menggunakan bom barel sejak tahun 2012, menargetkan daerah padat penduduk, seperti jalur tersedianya roti, pusat transportasi, bangunan apartemen, pasar dan tempat distribusi bantuan, yang menyebabkan peningkatan jumlah penyandang cacat, menurut laporan tersebut.
Suriah telah dicengkeram oleh kekerasan sejak rezim melancarkan tindakan brutal dalam menanggapi protes anti-pemerintah pada Maret 2011 lalu, hingga memicu konflik yang telah membunuh sedikitnya 210.000 orang dan memaksa hampir setengah dari populasi negara itu mengungsi.
(banan/arrahmah.com)