GAZA (Arrahmah.com) – Partisi elektronik (sharpenell) ditemukan paramedis dari bagian dalam tubuh seorang gadis cilik (15) di Gaza, seperti dilansir Mohammed Qaddoura, pada laporan hariannya mengenai Gaza melalui akun Facebook resminya pada Senin (21/7/2014). Akibat penggunaan gas sarin, fosfor putih dan partisi elektronik, dapat dipastikan bahwa militer zionis telah melanggar undang-undang internasional mengenai kejahatan perang yang terdahulu disosialisasikan pada tahun 1899 dan 1907 pada Konvensi Den Haag.
Bagaimana “bom isian” (bombshell) bekerja
Sebuah bom pada dasarnya ada beberapa jenis casing atau shell yang berisi bahan peledak. Casing bisa apa saja dari sebuah artileri shell berdinding baja sampai botol kaca atau pipa timah panjang tersegel. Bahkan barang biasa seperti kaleng kopi atau mobil pun dapat dijadikan shell. Dalam hal ini, “Israel” menggunakan selongsong baja pabrikasi modern.
Dalam rancangan bombshell-nya, “Israel” mensetting cara kerjanya sebagai berikut. Setelah casing ditembus oleh kekuatan ledakan, itu akan memicu fragmen luar, setiap bagian dari shell berfungsi sebagai proyektil mematikan. Bahan peledak di dalam shell didiagnosa terbuat dari semua jenis bahan peledak tinggi, baik itu TNT atau Semtex.
Satu bom zionis durjana menyebabkan kerusakan dalam beberapa cara yang berbeda, tergantung pada titik di mana mereka membidik lokasi terdampak ledakan. Titik-titik yang berbeda termasuk gelombang ledakan, gelombang kejut, fragmentasi, panas dan angin ledakan, secara cermat mereka perhitungkan. Hal ini terdokumentasi dalam isnsiden pembunuhan bocah-bocah di pantai Gaza beberapa waktu lalu. Nampak zionis membidik terlebih dahulu dalam beberapa waktu, sebelum meluncurkan bom kepada bocah yang berlarian.
Ketika bom meledak, daerah sekitar ledakan terkondisikan bertekanan udara tinggi, sehingga partikel udara sangat padat, dapat menghantarkan partikel bom melebih kecepatan suara. Meski gelombang ini akan menghilang dalam beberapa waktu, namun sekali terpancar, jarak dari partikel bom ke objek ledak yang diciptakannya berkecepatan hitungan milidetik (s = v : t).
Gelombang ledakan awal menimbulkan paling banyak kerusakan. Ketika gelombang ledakan ini mencapai infrastruktur atau orang (objek ledak), dua hal ini akan terjadi. Pertama, objek tersebut akan terkena dampak primer kekuatan dari ledakan, berupa gelombang kejut.
Kemudian, setelah gelombang kejut menyerang permukaan objek atau badan, timbullah gelombang listrik berkecepatan tinggi, atau gelombang stress. Energi yang dihasilkan gelombang itu mendorong partikel bom untuk terus menembus bagian dalam tubuh korban atau objek. Partikel (isi) bom merobek masuk ke dalam organ dan jaringan. Oleh karena itu, tak heran partisi elektronik yang sengaja diisikan ke dalam shell “Israel” dapat bersarang di tubuh gadis Gaza yang tampak pada foto terliput Qaddoura.
Gelombang stress membawa energi melalui media yang ditembusnya; energi pada partikel bom menjadi berkekuatan supersonik dan mengangkut lebih banyak energi daripada gelombang suara. Saat ini, tidak ada cara yang efektif untuk mencegah gelombang kejutan menembus pakaian pelindung, dan dalam beberapa kasus upaya perlindungan bahkan malah memperkuat efek destruktif, seperti ulasan yang pernah dijelaskan dalam buku 365 days karya Ronal Glasser, seorang dokter militer AS pada Perang Vietnam.
Berikutnya, ketika bom meledak, casing bom, serta setiap pecahan peluru tambahan, seperti paku, sekrup atau barang-barang lain yang dimasukkan ke dalam bom, termasuk partisi elektronik “Israel”, akan terlontar dengan keras ke luar, dengan arah menjauh dari ledakan. Ketika fragmen ini menghantam bangunan, beton, batu, kaca dan bahkan manusia, mereka mungkin terfragmentasi lebih jauh. Efek ledak ini dikenal sebagai fragmentasi sekunder.
Selain lontaran isi shell, api dan panas juga dicanangkan “Israel” sebagai hukuman bagi warga Gaza. Ledakan yang mereka ciptakan dapat mencetus bola api dalam suhu tinggi, yang akan menyebabkan luka bakar pada tubuh manusia atau bahkan menyebabkan kebakaran sekunder atau lepuhan. Ini bergantung pada apakah ada sumber-sumber bahan bakar lain atau bahan yang mudah terbakar terletak di dekat ledakan.
Saat terjadi “ledakan angin” di lokasi ledakan, efek vakum terjadi akibat gerakan ledakan yang cepat. Kondisi vakum inilah yang memberi efek hisap segala yang ada di sekitarnya. Ketika lokasi tertarget bom mencapai titik vakum udara, sesaat kemudian, semua objek di sekitar bom seolah tersedot akibat daya tarik yang diciptakan gelombang tadi. Kemudian objek berpentalan dengan daya dorong yang ditimbulkan tekanan udara yang membuncah. Terciptalah angin yang bertiup dengan intensitas tinggi yang menyebabkan benda-benda terfragmentasi, kaca dan puing-puing bahkan bisa ditarik kembali menuju sumber ledakan dan mencabik objek di sekitarnya.
Pun jika ada orang yang selamat dari partikel isi shell, gelombang kejutnya dapat mengakibatkan korban luka yang selamat mengalami disfungsi otak di kemudian hari. Innalillahi wainna ilaihi rooji’uun. (adibahasan/arrahmah.com)