NUSA DUA (Arrahmah.com) – Bank Indonesia (BI) memperkirakan arus dana asing atau capital inflows pada 2011 yang masuk ke Indonesia sekitar 13-15 miliar dolar AS dari sekitar 400 miliar dolar AS yang masuk ke negara-negara emerging market di Asia.
“Dari 400 miliar dolar AS yang akan masuk ke Indonesia sekitar 13-15 miliar dolar AS, kebanyakan masuk ke China,” kata Direktur Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo di Nusa Dua Bali, Kamis (10/3/2011).
Dikatakan Perry, angka itu merupakan kajian dari Institute of International Finance (IIF) yang juga memperkirakan arus dana total yang akan masuk ke negara-negara emerging market di seluruh dunia sekitar 800 miliar dolar AS.
Menurut Perry, Indonesia masih dipandang sebagai negara yang sangat menguntungkan bagi investor portofolio itu mengingat suku bunga yang masih tinggi dibanding negara-negara lain serta pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
“Fundamental Indonesia tetap menarik dengan pertumbuhan 6,1 persen tahun lalu dan iklim investasi yang semakin baik,” katanya.
Perry mengatakan, dengan masuknya dana asing yang cukup besar itu BI memperkirakan tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan terus berlanjut meski levelnya akan terus diperhatikan BI dari sisi daya saing dengan negara-negara mitra dagang Indonesia.
“Rupiah trennya akan terus menguat tapi saya tidak bisa bilang sampai di level berapa,” katanya.
Penguatan rupiah yang saat ini sudah menyentuh Rp8.770/dolar AS, kata Perry belum berdampak terhadap daya saing barang-barang Indonesia di luar negeri karena negara-negara lain di kawasan juga mengalami penguatan kurs yang bahkan lebih besar dibanding rupiah.
“Ekspor kita kan strukturnya bahan mentah yang pengaruh ke kursnya tidak terlalu besar,” katanya.
Meski arus dana asing tetap deras, Perry mengingatkan bahwa tahun 2011 memiliki risiko ketidakpastian yang lebih besar dibanding 2010 mengingat tingginya harga minyak akibat krisis kekuasaan di Timur Tengah dan ketidakpastian pemulihan ekonomi di AS dan Eropa.
“Meski capital inflows di Asia deras tetapi risiko-risiko lebih besar dari 2010, tantangan kebijakannya seperti kemungkinan capital outflow juga ada. Jadi harus hati-hati di 2011,” katanya.
BI pada Jumat besok di Nusa Dua bersama IMF dan BKPM akan menggelar konferensi internasional untuk mengatasi capital flows yang akan dihadiri Gubernur BI Darmin Nasution, Direktur Asia Pasifik Anoop Singh dan Profesor Harvard Jeffrey Frankel. (ant/arrahmah.com)