MALI (Arrahmah.com) – Prancis mengumumkan akan kembali melanjutkan operasi militer bersama di Mali. Perubahan rencana ini disampaikan sebulan setelah mereka menagguhkan operasi menyusul kudeta kedua negara Afrika Barat itu dalam waktu kurang dari setahun.
Setelah berkonsultasi dengan otoritas transisi Mali dan negara-negara di kawasan itu, Prancis “memutuskan untuk melanjutkan operasi militer bersama serta misi penasehat nasional, yang telah ditangguhkan sejak 3 Juni”, kata menteri angkatan bersenjata dalam sebuah pernyataan pada Jumat (3/7/2021), seperti dilansir Al Jazeera.
Langkah ini memicu kegemparan diplomatik dan mendorong Amerika Serikat untuk menangguhkan bantuan keamanan untuk pasukan keamanan Mali dan untuk Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) .
Mali dan Prancis memainkan peran kunci dalam perang melawan pemberontakan yang melanda wilayah Sahel.
Prancis memiliki sekitar 5.100 tentara di Sahel di bawah operasi Barkhane di lima negara – Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Niger.
Pada 10 Juni, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan penarikan besar-besaran kehadiran militer Prancis di Sahel meskipun mereka telah memerangi kelompok pemberontak selama hampir satu dekade di sana. (hanoum/arrahmah.com)