WASHINGTON (Arrahmah) – Sekelompok orang Uighur berkumpul di depan Lincoln Memorial di ibu kota AS pada Jumat (1/10/2021) untuk menuntut Cina mengakhiri perlakuannya terhadap minoritas Muslim di Xinjiang.
Lebih dari 100 aktivis mengenakan kemeja hitam, berbaris di area peringatan sementara pembicara berbicara kepada khalayak.
Dilansir Anadolu Agency, di antara mereka adalah anggota kongres dari Partai Republik Vicky Hartzler dari Missouri, anggota kongres Demokrat Tom Suozzi dari New York, Rabi Jack Moline dan Nury Turkel, wakil ketua Komisi AS untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF).
Hartzler mengatakan perusahaan AS yang melakukan bisnis di Cina memiliki kewajiban etis dan moral untuk memindahkan rantai pasokan mereka keluar dari wilayah Uighur. Sedangakan Suozzi mengatakan dia bersama Uighur “100 persen” melawan “genosida” Cina.
Aktivis juga menuntut diakhirinya kamp Uighur yang tersebar di provinsi Xinjiang, di mana menurut data PBB, setidaknya 1 juta orang Uighur ditahan di luar kehendak mereka di tempat-tempat yang disebut Beijing sebagai “pusat pelatihan kejuruan” dan apa yang oleh masyarakat internasional didefinisikan sebagai “kamp pendidikan ulang”.
Cina tidak memberikan informasi berapa banyak kamp yang ada di Xinjiang, jumlah orang yang ditahan dan berapa banyak yang kembali ke kehidupan sosial.
Sementara PBB dan organisasi internasional lainnya menegaskan kembali seruan agar kamp dibuka untuk diperiksa, Cina hanya mengizinkan beberapa pusat yang ditunjuk untuk dilihat sebagian oleh sejumlah kecil diplomat dan jurnalis asing.
Beberapa negara menuduh Cina membersihkan etnis Uighur di Xinjiang, Beijing membantah melakukan kesalahan, menolak tuduhan itu sebagai “kebohongan dan virus politik.”
Pada Jumat (1/10) menandai peringatan 72 tahun berdirinya Republik Rakyat Cina (RRC). (rafa/arrahmah.com)